NETTI NATARIDA MARPAUNG

WELLCOME TO MY BLOG..

I'M A DREAMER, AND I WANNA MAKE MY DREAMS COME TRUE.

Senin, 28 November 2011

ARTI SEBUAH TANGGUNG JAWAB

Pernahkah kita memperhatikan seorang pejabat menghadiri suatu undangan atau acara? Menghadiri perayaan tujuhbelas agustusan misalnya, atau menghadiri tabligh akbar, natalan, atau juga seremonial umum yang lain. Seperti contoh, seorang camat menghadiri perayaan tujuhbelas agustusan di kecamatannya, seorang pejabat diundang ke acara tabligh akbar, atau bahkan seorang presiden menghadiri suatu acara peresmian sesuatu hal. Coba kita perhatikan, seberapa lama mereka betah mengikuti acara itu berlangsung? Apakah pernah anda melihat seorang pejabat teras yang betah duduk berlama-lama dalam suatu acara dari awal acara hingga selesai?

Menurut pengamatan saya belum pernah ada seorang pejabat teras yang betah duduk berlama-lama dalam suatu acara. Sudah jadi jawaban klise dengan dalil mengatakan masih banyak acara lagi yang mau dihadiri. Benarkah? Apakah setiap ada undangan/acara selalu saja berbarengan dengan acara yang lain? Begitukah selalu? Jika kita berfikir logika pasti kita bilang tak selalu. Tapi selalu saja kita melihat orang-orang terhormat itu tidak betah berlama-lama dalam suatu acara.

Namun pemikiran saya yang seperti itu harus saya ralat sejak dari kemarin. Saya begitu terkesan dengan seorang pemimpin HKBP Ephorus DR.Bonar Napitupulu yang saya lihat kemarin. Baru pertama kali saya melihat beliau secara langsung walaupun sudah sejak dahulu saya menjadi jemaat atau warga HKBP, di pesta Jubileum HKBP Distrik XIX Jakarta II yang saya ikuti kemarin bertempat di gedung Sport Hall Kelapa Gading Jakarta yang juga dihadiri oleh sesepuh HKBP itu. HKBP adalah organisasi ke-3 terbesar di Indonesia setelah NU dan Muhammadiyah.

Saya "jatuh cinta" kepada beliau, ya.... itu benar. Entah lah... apakah saya terlalu dini menyimpulkan penilaian baik saya terhadap beliau, apakah satu hari terlalu sedikit untuk tahu watak seorang pejabat setinggi beliau. Yang jelas saya sungguh-sungguh kagum dengan beliau, Oppung Ephorus, begitu pada umumnya beliau disebut.

Sejak awal saya lihat beliau berdiri di mimbar untuk menyampaikan khotbah di perayaan akbar itu, saya sangat suka dengan metode penyampaian khotbahnya, begitu tegas dan berapi-api. Juga pada saat menyelipkan jokes-jokes ringan dalam khotbahnya, saya kutip kalimat beliau,

"Seorang jemaat berkata, saya bersyukur Ephorus bisa hadir, jangan pernah bersyukur pada saya, kalau berterimakasih itu boleh, sebab bersyukur itu hanya diucapkan pada Allah saja, bersyukur itu berbeda dengan berterimakasih, bersyukur berasal dari kata kharis yang artinya karena anugerah Tuhan. Berterimakasih lah yang setinggi-tingginya kepada Angkatan Udara, sebab Angkatan Udara itu melayang tinggi, berterimakasih lah yang sedalam-dalamnya kepada Angkatan Laut, sebab yang paling dalam itu laut, berterimakasih lah yang seluas-luasnya kepada Angkatan Darat, sebab darat itu luas, berterimakasih lah yang sebesar-besarnya kepada polisi, sebab kalau kecil terima kasihnya bisa-bisa urusan berlanjut, berterimakasih lah yang setulus-tulusnya kepada pendeta, sebab pendeta itu selalu tulus dan tulus menerima amplop." Lalu disambut dengan gggrrrrrrrrrr.....jemaat.

Salah seorang fotographer yang hilir mudik mengambil gambar beliau saat khotbah berlangsung, tak ayal mendapat teguran langsung dari beliau, ya memang benar, khotbah adalah firman Tuhan, kita mutlak harus menghargai firman itu, sebab firman itu adalah perkataan Tuhan.

Yang paling membuat saya terkesan dengan khotbahnya yaitu, beliau begitu memahami siapa yang sedang duduk mendengarkan khotbahnya. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga turut serta dalam acara itu. Sudah barang tentu anak-anak kurang bisa mencerna materi khotbah yang disampaikan kepada orang dewasa. Dengan bahasa Indonesia nya yang sangat kental sekali dengan logat Batak, beliau mendongeng kepada anak-anak tersebut tentang seorang pangeran yang ganteng yang mau berkorban menyelamatkan seorang gadis cilik berumur 3 tahun anak seorang wanita tua pencari kayu api. Jujur, saya sangat suka dengan logat beliau.

Setelah acara ibadah selesai, dilanjutkan dengan acara manortor. Sudah lazim di saat sekarang ini manortor dilakukan dengan  tortor gaya bebas. Sekali lagi dengan tegas beliau mengatakan bahwa orang tua harus memberi contoh yang baik kepada generasi muda. Manortor yang sesungguhnya itu bukanlah seperti tortor gaya bebas yang sering dilakukan kebanyakan orang saat ini.

"Dang boi mangerbang tangan so jolo manghuling sarune, ido na sasintong na. (Tidak bisa membuka telapak tangan sebelum sarune berbunyi)", kata beliau.

Bahkan saat maminta gondang beliau sempat marah kepada seorang panitia yang menyuruh jemaat tertib saat beliau sedang berbicara. Saya yang duduk menonton di tribun mendengar seorang jemaat berkata,

"Koq seorang Ephorus marah-marah?"

Lho.. apakah rasa marah bukan hal yang wajar? Tuhan Yesus saja pernah marah saat melihat orang banyak yang berjualan di bait suci, pikir saya dalam hati.

Dengan langkah tertatih beliau manortor, memimpin rombongan pendeta beserta para istri untuk manortor. Memperlihatkan kepada kami generasi muda cara manortor yang sebenarnya. Walaupun belum bisa kami terapkan namun setidaknya saya dan generasi muda lainnya yang mendengar itu bisa tahu dan mengerti cara dan bagaimana manortor yang benar.

Sampai acara selesai, di saat jemaat dan parhalado sudah banyak yang pulang, tetapi beliau dan istri masih setia duduk menunggu acara berakhir. Untuk ukuran seusia beliau yang sudah lanjut umur sebenarnya kita bisa maklum seandainya beliau lebih cepat meninggalkan acara. Tapi beliau lebih memilih tetap di situ sampai acara selesai. Kenapa ya, apa beliau yang sudah serenta itu tidak capek, saya saja yang masih muda sudah merasakan capek minta ampun? Pikir saya dalam hati. Apa sih yang mau dicari Ephorus ini sebenarnya, jika beliau hanya ingin mencari simpati orang banyak toh beliau juga sebentar lagi akan lengser dan tidak bisa lagi mencalonkan diri. Bukankah sebenarnya beliau bisa untuk sedikit berleha-leha di akhir masa jabatannya itu? Atau seperti yang sering saya baca di status-status facebook sebagian anggotanya yang mengeluhkan kepemimpinan beliau, apakah seperti itu adanya beliau? Hal kecil yang saya lihat dari keberadaan beliau di sini sampai acara selesai bisa menjelaskan kepada saya bahwa tanggapan-tanggapan negatif dari segelintir orang atas kepemimpinan beliau sama sekali tidak berdasar. Saya bisa melihat tanggung jawab yang begitu besar dari beliau, saya suka dengan ketegasan beliau, saya suka dengan "marah"nya beliau. Saya benar-benar "jatuh cinta" dalam sehari kepada beliau.

Akhir kata, saya ingin seperti beliau, bukan dalam arti bisa jadi Ephorus seperti beliau, karena tidak mungkin saya bisa jadi Ephorus jika saya berpendidikan di bidang ekonomi. Saya hanya ingin meniru kepemimpinan beliau, ketegasan beliau, tanggung jawab beliau dan wibawa beliau. Semoga Bonar- Bonar yang lain juga banyak bermunculan di HKBP khususnya dan di dunia ini pada umumnya.


Camra, 11/28/11


Jecqlien Netty Marpaung.





Kosa kata

Ephorus                =  Pemimpin tertinggi dalam organisasi keagamaan HKBP.
Oppung                = Panggilan kepada seorang tua yang dihormati.
Manortor              = menari dalam budaya Batak.
Sarune                  = Alat musik tiup.
maminta gondang = Meminta gendang kepada juru musik, salah satu ritual dalam manortor.
Parhalado             = Pekerja pada rumah ibadah/gereja.




(Artikel ini dibuat untuk tugas Ilmu Budaya Dasar dengan tema MANUSIA DAN TANGGUNG JAWABNYA.)













Kamis, 24 November 2011

@JANGANLAH JEMU BERBUAT YANG BENAR@

Dodi adalah teman se kantor saya yang baru tiga bulan ini bekerja di perusahaan tempat saya bekerja. Dia seorang pria muslim yang cukup sederhana dan taat beribadah. Seperti layaknya karyawan baru pada umumnya kurang mendapat perhatian dari atasan atau sering diperlakukan sewenang-wenang oleh atasan yang kurang bijaksana. Apa-apa saja perintah dari atasan wajib dilaksanakan, benar  atau salah perintah atasan tersebut kita harus melaksanakannya.

Perusahaan tempat saya bekerja adalah perusahaan yang bergerak di bidang ekspor impor dan ekspedisi barang-barang ke luar negeri. Dodi bertugas di bidang pembuatan dokumen-dokumen barang sedangkan saya di bidang finance. Suatu ketika Dodi mendapat perintah dari atasannya untuk membuatkan dokumen pengiriman barang dengan nilai $3000 yang semestinya nilai barang tersebut adalah $5000,

"Pak, maaf bukankah nilai barang tersebut adalah $5000, mengapa bapak suruh saya membuat surat pengiriman ini seharga $3000.?" tanya Dodi pada si atasan yang berdarah India itu.

"Lakukan saja, saya atasan mu, saya berhak menyuruh mu."
"Kalau begitu bapak sajalah yang membuatnya."
"Lho, bukankah membuat dokumen adalah tugas anda di sini?"
"Oke..saya akan membuatkan dokumen itu, tapi tolong bapak kirimkan saya email perintah untuk membuat dokumen ini lengkap dengan nilai barang yang bapak perintahkan."

Yaah..walaupun Dodi hanya pegawai rendahan di kantor itu, namun saya salut melihat kegigihannya dan keberaniannya menyatakan apa yang seharusnya dilakukan dengan pekerjaan tersebut. Cukup bijak, Dodi mem-print lembar email perintah dari atasan nya itu, sebab email bisa saja sewaktu-waktu terhapus atau hilang.

Tiga bulan setelah kejadian itu, kasus tersebut terbongkar dan muncul kepermukaan setelah mendapat email konfirmasi dari negara tujuan barang tersebut dikirimkan. Negara tujuan pengiriman barang itu adalah negara Brazil yang cukup terkenal dengan mafia ekspedisinya. Gara-gara uang sejumlah $2000, ternyata bisa juga menggemparkan jajaran direksi dan manajer perusahaan tempat saya bekerja. Dan ternyata di negara tujuan pengiriman barang itu pun terjadi kegemparan serupa, menurut pengakuan karyawan di sana yang dikirimkan lewat email, sampai-sampai karyawan tersebut akan dipenjarakan karena selisih dari harga pengiriman barang tersebut.

Akhirnya manajer dan direksi mengadakan meeting untuk membahas kasus tersebut, usut punya usut, ternyata kesalahan ada di dokumen/agreement yang dikirimkan sebesar $3000 itu. Orang pertama yang dipersalahkan tentunya adalah orang yang membuat dokumen itu. Siapa lagi, Dodi lah yang membuat dokumen itu. Dodi akhirnya dipanggil ke ruang meeting untuk mempertanggungjawabkan kesalahan dokumen itu. Dengan tenang Dodi melangkah masuk ruang meeting. Lalu manajernya menanyakannya,

"Apakah anda yang membuat dokumen ini?"
"Iya, saya pak."
"Apa dasar anda mengubah amount dari barang tersebut?"
"Atasan saya, Mr. Prakash yang menyuruh saya pak."

Seketika Mr. Prakash terkejut, tak menyangka bawahannya akan mempersalahkan nya begitu.

"Anda jangan sembarangan menuduh, anda bisa dipecat karena kesalahan anda ini, anda telah berbohong." Mr. Prakash ngotot dan terus-terusan menyalahkan Dodi dalam bahasa Inggris yang saya coba terjemahkan dalam hati saya.
"Apakah anda punya bukti atas perkataan anda itu pak Dodi?" cukup bijak manajer tersebut menengahi.
"Ya, saya punya pak, izinkan saya keluar sebentar ke ruangan saya untuk mengambil barang bukti tersebut."

Dodi masuk ruang meeting kembali dan menunjukkan barang bukti berupa email perintah lengkap alamat dari email Mr. Prakash yang sudah diprint nya. Dengan wajah merah padam, Mr. Prakash terdiam dan tak bisa menyanggah lagi.

"You have done the good job Dodi, urusan anda sudah selesai, sekarang ini menjadi urusan saya."

Dengan bijak si manajer mempersilahkan Dodi meninggalkan ruang meeting. Tak berapa lama kemudian saya dengar Mr. Prakash dipecat dari jabatannya dan tidak lagi bekerja di perusahaan ini.

Inti yang bisa saya ambil adalah walaupun kita hanyalah orang-orang kecil yang kadangkala terpinggirkan, janganlah jemu-jemunya kita melakukan yang baik dan benar. Sebab Tuhan itu Maha adil yang akan turut serta membela kita di saat kita diperlakukan tidak adil.


Camra, 25/11/2011

Netti Natarida Marpaung.


(Artikel ini saya buat untuk tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dengan tema MANUSIA DAN KEADILAN)

Sabtu, 19 November 2011

BUAH KURMA

Tumbuhan paling ekstrem di bumi ini adalah Kurma, yang tak lazim seperti biasa cara menanamnya.
Bibit kurma yang sudah matang dimasukkan ke dalam lubang sedalam satu meter, lalu ditimbun dengan batu-batu berat. Ketika kurma sudah mulai akan bertumbuh, dia mencari jalan keluar ke segala arah. Akarnya menancap jauh ke tanah oleh sebab beban yang berat di atasnya. Berbulan-bulan, bertahun-tahun berjuang mengangkat beban yang berat di atasnya. Dan ketika tunasnya keluar mencapai permukaan tanah, kurma sudah tak bisa dicabut, sekencang-kencangnya angin tak bisa menggoyahkan nya. Walau hidup di tanah tandus, kering dan sumber air terbatas, kurma bukan sembarang buah, buah kurma adalah buah yang paling manis menyerupai manisnya madu.
Begitu juga dengan kehidupan kita, berbagai tantangan dan penderitaan yang kita hadapi  mengharuskan kita mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Jika kita mampu menghadapi penderitaan dan bangkit keluar sebagai pemenang niscaya kita akan memetik hasil atau buah manis dari usaha kita itu. Seperti buah kurma yang tampil jadi buah termanis, kita juga bisa tampil sebagai sosok terkuat dan terkenal jika kita mampu mengalahkan penderitaan itu.
Jadilah buah kurma dalam hidupmu, yang walaupun banyak penderitaan tetap berusaha mencari jalan keluar dari permasalahan itu, dan keluarlah sebagai pemenang yang termanis.
Jakarta, 21/11/11
(Tugas IBD dengan tema MANUSIA DAN PENDERITAAN)
 

Minggu, 06 November 2011

"TAK PERNAH TERLAMBAT PERTOLONGAN-MU"

***
Tuhan datang dan hadir tepat waktu untuk menolong kita, tak ada kata terlambat atas pertolongan-Nya pada kita, di saat puncak dari masalah kita telah ada di depan mata, Tangan Tuhan dengan sigap akan menolong kita, asalkan di dalam benak kita selalu ada usaha dan tidak mengenal kata menyerah.

Yaahhh....selalu saja saya senang menuliskan segala sesuatu yang saya alami dengan kebaikan dan kemurahan hati-Nya kepadaku. Terlebih dengan pengalaman ini, saat saya mengikuti Festival Paduan Suara Gerejawi yang diadakan Agustus yang lalu di HKBP Pasar Rebo, kebetulan waktu pelaksanaan final fesparawi tersebut berbenturan dengan jadwal kuliah saya di kampus. Sebelumnya saya tidak terlalu memikirkan akan jadi masalah besar jadwal yang bersamaan tersebut, dalam hati saya berfikir, "Akhh...ntar masuk ajalah sebentar ke kampus, terus izin sama dosennya," namun karena mata kuliah yang bersangkutan adalah mata kuliah utama, terlebih lagi itu dosen ada sedikit killer-killernya, jadi dah diriku bermasalah, dapat izin sih, tapi dengan syarat harus ada surat rekomendasi dari lembaga atau dari gereja yang bersangkutan dan harus diserahkan Senin jam 10.00 pagi ke sekdos.

Hmmmm... baiklah, dengan semangat saya melangkahkan kaki meninggalkan kampus kembali ke rumah. Dengan sisa waktu yang sedikit saya berkemas-kemas, selesai dan segera menyusul teman-teman di gereja yang sudah menunggu ku sejak tadi.

Mungkin di sini saya tidak akan luas menceritakan apa dan bagaimana detailnya tentang pertandingan yang kami ikuti, intinya kami tidak mendapatkan juara pada festival itu. Selesai festival saya sampaikan kepada ketua naposo dan kepada pelatih kami bahwa saya membutuhkan surat rekomendasi dari gereja untuk keperluan kampus sebagai surat bukti bahwa saya izin adalah benar-benar untuk mengikuti festival tersebut.

"Koq gak dari kemarin-kemarin kamu minta Net, duuuuhhh susah tuh berhadapan sama kakak itu" (sekretaris gereja maksudnya).
"Iya..gue juga gak nyangka bakalan ribet begini, tadinya sih mikir buat izin lisan doank, eh ternyata harus pake surat izin dari gereja kata dosennya, yah gini deh..."
"Si Imel aja pernah nangis dibuatnya gara-gara minta surat rekomendasi nilai untuk kampusnya." kata teman ku yang lain.

Hmmmm...gimana yah, dan benar juga begitu saya samperin kakak itu (kaka sekretaris gereja) dan mengatakan butuh surat rekomendasi jawabannya selalu saja menyulitkan, kenapa baru sekarang, yang inilah yang itulah. Melihat kami ada sedikit berdebat, abang pelatih kami pun turun tangan,

"Sudah, buat kan surat rekomendasi nya itu, gak usah banyak tanya lagi." kata pelatih kami.
"Iya, bang."  jawab kakak itu. "Ya udah nanti sms kan ke saya data-datanya ya!"
"Oke kak, siap." jawab saya.

Minggu paginya saya coba sms lagi untuk mengingatkan kalau saya ibadah sore dan sebisa mungkin selesai ibadah saya sudah bisa mengambil surat tersebut. Namun apa, sebelum masuk ibadah saya coba cari kaka itu tidak ada, saya telepon ke nomor hp nya dia malah marah-marah pada saya,

"Eehh..surat mu belum jadi ya, pendeta tidak ada, jadi belum bisa diambil, hari selasa saja kamu datang tuk mengambilnya."
"Whaaatttt??? hari selasa...aduuuuuhhh...saya kan udah bilang kaka, dosennya minta hari senin, gimana donk"
"Tapi kamu gak bisa maksa saya, salah kamu sendiri kenapa kamu telat ngajuinnya, si Rosma dua minggu sebelum hari H udah ngajuin, jadi kamu harus terima, lagian saya lagi gak di gereja nih, saya lagi bawa anak sekolah minggu."
"Kalau cuma belum ditandatangani saja, gimana kalau saya yang pergi minta tandatangan ke rumah pendeta kak?" tawar saya lagi.
"Gak bisa gitu, pokoknya surat yang keluar dari gereja harus sepengetahuan saya, itu peraturannya."
"Aduuuuhhh...gimana yaa...ada solusi yang lain gak kak." saya coba menghiba.
"Keputusannya surat bisa diambil hari selasa jam sepuluh pagi saya sudah di kantor.........." tuutt...tuuttt...tuutttt....

Aduuuhhh....mana henpon mati lagi, lowbath, aarrrggghhhh...
Yaahh sudahlah, tidak ada harapan lagi, kalau hari selasa yang bisa suratnya, berarti ada tak ada surat saya harus memberanikan diri menghadap dosen nya hari senin, biarlah apa pun yang terjadi saya akan menghadap, tekad saya dalam hati.

Dengan langkah gontai saya masuk ke dalam gereja, mencoba untuk konsentrasi di kebaktian yang saya ikuti. Dalam ibadah saya berdoa,

"Biarlah Tuhan, saya sudah berusaha meminta surat izin dari kakak itu, tapi gak bisa juga, walaupun begitu, tanpa surat itu saya sudah nekad untuk berani menghadap dosen besok dan berterus terang, apa pun yang terjadi saya siap menerimanya Tuhan."

Ternyata di dalam kepasrahan dan tekad kuat kita, Tuhan tidak tinggal diam, Dia melawat hati kita masing-masing, Dia melawat hati kakak itu.
Sehabis ibadah saya turun ke bawah, lalu saya lihat ada kakak itu, dengan senyum yang lebar saya salam dan ucapkan selamat hari minggu, dan tiba-tiba saja,

"Tunggu sebentar ya, surat mu lagi ditanda tangan kan."

Ooohh  maaayy Gaaadd...benarkah??? Bukankah tadi kaka itu bilang dia sedang bepergian dan tidak ada di gereja, koq bisa tiba-tiba kaka itu datang dan membuatkan surat saya ya, jadi selama aku berdoa dalam ibadah tadi Tuhan mendengar keluh kesah ku, hmmmm...luar biasa banget Tuhan ku, tak sedetik pun terlambat pertolongan Nya, mungkin tadi Tuhan mengizinkan kesabaran saya untuk diuji, dan apakah saya membenci jika tidak diberikan. Dan Tuhan melihat saya lulus dalam ujian itu sehingga dalam waktu yang sangat singkat Dia memberikan pertolongan pada saya.
Terpujilah Engkau Tuhan, Bapa Yang Maha Baik dan Maha Pengasih.

"Makasih banget kakak atas suratnya." saya peluk kakak itu dengan hati yang bersyukur, ternyata jadi juga besok saya kasih suratnya, bathin saya.

"Lain kali kalau butuh surat, jauh-jauh hari harus sudah dilaporkan ya, jangan begitu lagi."
"Iya kak, saya ngerti."  jawab saya.

Dengan langkah yang ringan dan hati yang gembira saya tinggalkan halaman gereja dan pulang ke rumah. Sesampai di rumah saya charge henpon saya yang mati mendadak saat nelpon tadi. Lalu saya hidupkan, sebentar kemudian ada sms yang masuk ke henpon saya, mungkin sms yang tertunda karena hp saya mati tadi.

"Maaf ya, saya tidak bermasalah dengan mengkonsep surat. Solusinya hari senin baru bisa saya kasih, saya sampai kantor jam 9, sekitar jam 10 surat mu sudah selesai, makasih."

Saya tutup henpon saya dengan tersenyum, "Terimakasih Tuhan, telah bukakan hati kakak itu untuk saya. I love you my Lord, I love you sista."

KU NAIK KAN SYUKUR KU..
BUAT HARI YANG KAU B'RI..
TAK HABIS-HABISNYA KASIH DAN RAHMAT MU..
S'LALU BARU DAN TAK PERNAH TERLAMBAT PERTOLONGAN MU..
BESAR SETIA MU DI S'PANJANG HIDUP KU..

Camra, 11/6/11
Jenet Marpaung