Sebagai seorang ibu yang juga memiliki aktivitas di
luar rumah, sepertinya saya kurang setuju dengan rencana pemerintah untuk
mengurangi 2 jam kerja perempuan bekerja dengan dalih untuk bisa lebih banyak
waktu mengurus anaknya di rumah.
Menurutku dengan memutuskan untuk bekerja seorang
ibu sudah pasti bisa menerima konsekuensi kesibukan bekerjanya dengan waktu
untuk mengurus rumah tangga, pun emansipasi yang dilekatkan pada wanita juga
harus seimbang disematkan kepada pria, ya emansipasi untuk bersama-sama
memperhatikan keluarga. Wanita dan pria sama-sama bertanggungjawab atas tumbuh
kembang anak.
Saya lebih concern jika dispensasi jam kerja
perempuan diberikan saat pasca perempuan melahirkan atau pada saat-saat
menyusui bayi secara eksklusif, dengan menambah jumlah hari cuti, semisal dari
3 bulan menjadi 6 bulan (batas bawah bayi harus mendapatkan asi eksklusif). Itu
pun sifatnya tentatif, tidak wajib, bisa diambil (dengan ketentuan hanya
menerima gaji pokok atau 75% dari gaji pokok misalnya) atau bisa juga tidak
diambil.
Itu lebih adil menurutku pada perempuan bekerja juga
pada instansi tempat bekerja.
Karena tidak semua perempuan bekerja memiliki kesibukan yang sama dalam rumah tangga. Lalu bagaimana dengan perempuan bekerja sebagai guru? tentu mereka juga pasti menuntut hal yang sama kan?
Karena tidak semua perempuan bekerja memiliki kesibukan yang sama dalam rumah tangga. Lalu bagaimana dengan perempuan bekerja sebagai guru? tentu mereka juga pasti menuntut hal yang sama kan?
Bks, 12302014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar