Teman-teman...., Bingung kan membaca judulnya? Aku tahu pasti dalam
pikiran teman-teman semua berkata, "Apa-apaan nih, apa hubungannya
jempol dengan Pilpres?"
Hahaha...ada teman...ada. Mau tau? Check it out.
Tentu teman semua pernah me-like (memberi jempol) pada status teman-teman anda kan?
Kenapa teman-teman memberi jempol? Apa kira-kira kriteria status tersebut sehingga teman-teman memberikan jempol?
Apa karena statusnya lucu?
Apa karena statusnya berbobot (menarik dan berkualitas)?
Apa karena sipembuat status seleb atau orang yang anda sukai sehingga setiap dia meng-update status selalu disukai?
Atau jangan-jangan karena teman anda itu sering me-like status anda terus gak enak dong kalau gak balas like kembali?
Opsi
terakhir ini nih yang paling bahaya. Beda-beda tipis nih dengan budaya
sogok-menyogok atau suap-menyuap. Betul tidak? Harus dijempol dulu baru
dia mau kasih jempol?
Terus...korelasinya dengan Pilpres apa donk?
Inilah
yang menarik perhatian saya untuk mengangkat persoalan ini dalam
catatan, sebab selama ini saya sering bingung melihat status teman-teman
yang begini misalnya, "Aduh...perut gw sakit banget nih.."
atau status yang begini, "Uuuhh...gak tahan boo' nafasnya bau jengkol."
tapi
auzubileee ada-ada aja yang memberi jempol, padahal yang begini nih
logikanya butuh koment kan? Kali aja teman-teman ada yang tahu obat
sakit perut yang manjur, atau sebagai teman share untuk mengatasi bau
jengkol nafasnya.
Malas berkomentar? Sekalian abaikan daripada harus
memberi pilihan jempol atau opsi setuju pada statement yang tidak
berkualitas?
Dari hal-hal kecil seperti inilah kita sebenarnya
membiasakan diri menjatuhkan pilihan pada sesuatu yang berbobot atau
berkualitas. Jika kita terbiasa memilih atau menyukai yang berkualitas
dibanding yang hanya lucu-lucuan atau asal-asalan dan yang lebih parah
lagi karena suap-menyuap (dijempol dulu baru menjempol) maka saya yakin
dalam setiap Pilpres atau pemilihan-pemilihan pemimpin lainya kita bisa
lebih cerdas dalam menjatuhkan pilihan. Janganlah tertarik memilihnya
karena dia ganteng atau keren saja misalnya, atau karena dia masih orang
terdekatnya si raja minyak padahal bibit bobot bebetnya tidak jelas,
atau karena kita disogok dengan beberapa lembar uang yang sejatinya
hanya bisa buat membeli makanan sehari saja.
Ingat..begitu kita
menjatuhkan jempol, kita sudah ikut ambil bagian dalam sepak terjang
kepemimpinannya. So bagaimanapun hasil kerja kepemimpinannya kitalah
yang menyetujuinya.
Jadi biasakanlah diri anda dengan memilih dan
menyukai hal-hal yang berkualiatas, niscaya di 2014 kita tidak akan
salah memberikan jempol lagi. Mulailah membangun negara kita tercinta
ini dari diri kita sendiri dengan cara memilih pemimpin yang
berkualitas.
Camra, 15 04 11
J e n e t
Tidak ada komentar:
Posting Komentar