Ini merupakan pengalaman
yang sangat-sangat berharga yang pernah saya alami sendiri dan mungkin
juga dialami oleh teman-teman saya sesama Naposo HKBP Jaka
Sampurna. Dan dari semua pengalaman itu saya bisa menyimpulkan bahwa
Tuhan hanya berkenan menerima pujian dari orang-orang yang dengan tulus
hatinya menyampaikan pujian itu. Se-bagus dan se-indah apa pun yang kita
tampilkan, tetapi Tuhan bisa melihat setiap inci dari hati kita, apakah
kita benar-benar ingin memuji Dia atau hanya berambisi untuk merebut
gelar juara saja.
Hampir tiga bulan lebih lamanya kita mempersiapkan diri melalui latihan-latihan yang kita jalani bersama, yang awalnya kita sepakat ingin mengikuti festival ini, namun di saat awal-awal latihan kita mengalami kendala kekurangan personil, sopran khususnya, dan puji Tuhan dengan usaha teman-teman semua kita bisa membangkitkan semangat teman-teman yang baru dan mengajak untuk bergabung dalam tim paduan suara kita.
Namun bukan hanya di situ saja tantangan yang kita hadapi, di setiap jadwal-jadwal latihan, kita sering tidak bisa memegang teguh komitmen bersama, tak heran jika pelatih kita sering jengkel dan marah karena kelalaian kita semua. Bukan bermaksud memuji, saya pribadi cukup salut dengan pelatih kita yang selalu punya cara tersendiri menghadapi sikap kita yang tidak bisa memegang komitmen itu.
Memang tidak gampang menyatukan persepsi dari tiga puluhan orang anggota tim padus kita, mulai dari menyesuaikan jadwal latihan kita yang berbeda-beda latar belakang maupun pekerjaan kita, menyatukan selera dalam memilih seragam untuk penampilan kita dan lain sebagainya. Di sinilah kita diajarkan untuk bisa bekerja dengan tim, mau saling menerima kekurangan dan kelebihan rekan kita, bisa menurunkan sedikit saja ego kita demi satu kata "kebersamaan".
Mungkin kita perlu sedikit saja bercermin dan membuka mata hati kita melihat tim padus anak-anak gereja kita, coba kita perhatikan bersama, mereka bukanlah bertanding, tapi mereka benar-benar ingin bernyanyi saja, menyanyikan lagu pujian untuk Tuhan, mereka tidak memperhitungkan kalah atau pun menang. Perhatikan lagi kostum mereka yang kita cibir bersama, coba jujur hampir semua kita mengatakan kostum anak-anak itu sedikit kusam lah, warnanya terlalu tua lah dan mengatakan kostum itu tidak mencerminkan jiwa muda anak-anak. Namun apa, mereka semua senang memakainya, tidak ada yang komplain, anak-anak itu tetap ceria bukan menjadi tua dengan kostum itu. Dan hasilnya dari 3 grup padus yang berangkat dari gereja kita hanya tim padus anak lah yang mendapatkan juara.
Kita bandingkan dengan kita, hanya gara-gara kostum kita sering berbeda pendapat, kurang inilah kurang itulah, jikalau pun kita kurang setuju dengan pilihan teman, tidak bisakah kita mengutarakan komplain kita dengan nada yang sedikit enak dan tidak menyakitkan hati teman kita? Jika memang kita terlanjur mengucapkan kata-kata yang tidak etis itu, sangat sulit kah untuk berdamai lagi?
Tidak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata bagaimana respon penonton pada saat kita tampil kemarin, segenap Balai Kartini memberikan standing applause pada kita, bertepuk tangan riuh melihat penampilan kita, tidak ada yang mengatakan penampilan kita mengecewakan, mereka semua memuji kostum kita, "elegan" kata mereka, tapi tahukah bahwa penonton hanya bisa melihat penampilan luar kita, mereka memuji kekompakan kita dalam membawakan pujian dan tarian yang kita tampilkan di depan mereka, sampai-sampai dengan keyakinan yang sangat tinggi kita berfikir pastilah kita akan masuk 3 besar, semua kita berfikir demikian kan?
Namun apa... ada satu hal yang kita lupakan, Tuhan melihat hati kita, manusia boleh ditipu dengan penampilan kita yang luar biasa itu, tapi Tuhan tidak. Tuhan tidak berkenan dengan persembahan orang-orang yang tidak tulus. Jika kita tidak bisa berdamai dengan teman kita sendiri bagaimana kita bisa berdamai dengan Tuhan? Jangan kita katakan, "Aku hanya ingin memuji-Mu Tuhan makanya aku masih bela-belain ikut festival ini," sementara kita belum bisa berdamai dengan diri sendiri dan teman kita. Itu bullshit semua, sia-sia, kita sudah merasakannya bukan?
Nah semoga ini jadi pelajaran buat kita semua, dan kita bisa menyadari, sia-sialah jerih payah dan pengorbanan kita semua, kita sudah capek-capek latihan, capek mondar-mandir hunting baju, capek mencari dana, namun jika memaafkan teman saja tidak bisa, semua akan sia-sia.
Tetapi seperti kata orang bijak, pasti ada hikmah dibalik setiap kesalahan itu, semoga kita bisa mengambil buah manis dari kesalahan kita untuk kita jadikan pembaharu dalam hati kita masing-masing.
Terima kasih yang sebesar-besarnya buat pelatih kami Bang Mindo Leo Siahaan, yang sudah begitu sabar membimbing dan mengajari kami (bang..gue udah tahu tuh bagaimana caranya ngelatih paduan suara, gue bisa curi ilmunya abang, ntar gue terapin dah di kumpulan marga gue hehehe), kepada asisten Bang Mindo, Ramos dan Devi (ampun deh Mos nemenin Jessie buat nyari baju loe tuh ga bisa gue lupain seumur idup..sumpeh..hampir pengsan gue kwkwkwkwk), kepada Ketua Naposo Jessie Siregar yang sudah capek mengurus segala keperluan tim padus kita, mulai dari cari anggota, hunting baju, kucuk-kucuk kesana-kemari....(jujur betis gue masih kerasa Jess saat ngikutin loe hunting baju di Tanah Abang..qiqiqiqi..parah loe Jess..ampun dah..), buat official kami eda Alfred, Budi, Hendra..(luar biasa deh eda kita yang atu ini, hmm..Budi juga..tolak angin gue mana Bud, air minum sekali-kali yang ber-merk donk Bud..jangan itu mulu..kwkwkwkwk), buat Peo atas koreo cantiknya...(qiqiqiqikk....akan saya turunkan koreo apik ini buat anak cucu gue..kwakwakwakwak.....semua memuji koreo kita Pe, mantraaaapppp...katanya), buat Inang (gue lupa Inang siapa itu) atas sumbangan dana buat kostum final kami, buat Pendeta Resort kami yang sudah ngebela-belain dateng untuk nyemangatin kami, buat teman-teman tim paduan suara kita yang tercinta, dan semua-muanya deh jemaat HKBP Jaka Sampurna yang sudah memberikan dukungan moril maupun material buat tim padus kami.
Kiranya Bapa di Surga yang pasti melihat hati semua orang yang telah memberikan dukungan, akan memberikan berkat berlipat kali ganda kepada Amang, Inang dan teman-teman semua.
TUHAN YESUS MEMBERKATI.
AMIN.
CamRa, 21/08/11
Jecqlien Netty Marpaung.
(mohon maaf temen2 jika ada yang tidak suka dengan penulisan artikel ini, notes ini semata-mata adalah ungkapan hati saya yang ingin saya sharekan pada teman-teman semua, bukan ada niat untuk saling menyalahkan satu sama lain)
Hampir tiga bulan lebih lamanya kita mempersiapkan diri melalui latihan-latihan yang kita jalani bersama, yang awalnya kita sepakat ingin mengikuti festival ini, namun di saat awal-awal latihan kita mengalami kendala kekurangan personil, sopran khususnya, dan puji Tuhan dengan usaha teman-teman semua kita bisa membangkitkan semangat teman-teman yang baru dan mengajak untuk bergabung dalam tim paduan suara kita.
Namun bukan hanya di situ saja tantangan yang kita hadapi, di setiap jadwal-jadwal latihan, kita sering tidak bisa memegang teguh komitmen bersama, tak heran jika pelatih kita sering jengkel dan marah karena kelalaian kita semua. Bukan bermaksud memuji, saya pribadi cukup salut dengan pelatih kita yang selalu punya cara tersendiri menghadapi sikap kita yang tidak bisa memegang komitmen itu.
Memang tidak gampang menyatukan persepsi dari tiga puluhan orang anggota tim padus kita, mulai dari menyesuaikan jadwal latihan kita yang berbeda-beda latar belakang maupun pekerjaan kita, menyatukan selera dalam memilih seragam untuk penampilan kita dan lain sebagainya. Di sinilah kita diajarkan untuk bisa bekerja dengan tim, mau saling menerima kekurangan dan kelebihan rekan kita, bisa menurunkan sedikit saja ego kita demi satu kata "kebersamaan".
Mungkin kita perlu sedikit saja bercermin dan membuka mata hati kita melihat tim padus anak-anak gereja kita, coba kita perhatikan bersama, mereka bukanlah bertanding, tapi mereka benar-benar ingin bernyanyi saja, menyanyikan lagu pujian untuk Tuhan, mereka tidak memperhitungkan kalah atau pun menang. Perhatikan lagi kostum mereka yang kita cibir bersama, coba jujur hampir semua kita mengatakan kostum anak-anak itu sedikit kusam lah, warnanya terlalu tua lah dan mengatakan kostum itu tidak mencerminkan jiwa muda anak-anak. Namun apa, mereka semua senang memakainya, tidak ada yang komplain, anak-anak itu tetap ceria bukan menjadi tua dengan kostum itu. Dan hasilnya dari 3 grup padus yang berangkat dari gereja kita hanya tim padus anak lah yang mendapatkan juara.
Kita bandingkan dengan kita, hanya gara-gara kostum kita sering berbeda pendapat, kurang inilah kurang itulah, jikalau pun kita kurang setuju dengan pilihan teman, tidak bisakah kita mengutarakan komplain kita dengan nada yang sedikit enak dan tidak menyakitkan hati teman kita? Jika memang kita terlanjur mengucapkan kata-kata yang tidak etis itu, sangat sulit kah untuk berdamai lagi?
Tidak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata bagaimana respon penonton pada saat kita tampil kemarin, segenap Balai Kartini memberikan standing applause pada kita, bertepuk tangan riuh melihat penampilan kita, tidak ada yang mengatakan penampilan kita mengecewakan, mereka semua memuji kostum kita, "elegan" kata mereka, tapi tahukah bahwa penonton hanya bisa melihat penampilan luar kita, mereka memuji kekompakan kita dalam membawakan pujian dan tarian yang kita tampilkan di depan mereka, sampai-sampai dengan keyakinan yang sangat tinggi kita berfikir pastilah kita akan masuk 3 besar, semua kita berfikir demikian kan?
Namun apa... ada satu hal yang kita lupakan, Tuhan melihat hati kita, manusia boleh ditipu dengan penampilan kita yang luar biasa itu, tapi Tuhan tidak. Tuhan tidak berkenan dengan persembahan orang-orang yang tidak tulus. Jika kita tidak bisa berdamai dengan teman kita sendiri bagaimana kita bisa berdamai dengan Tuhan? Jangan kita katakan, "Aku hanya ingin memuji-Mu Tuhan makanya aku masih bela-belain ikut festival ini," sementara kita belum bisa berdamai dengan diri sendiri dan teman kita. Itu bullshit semua, sia-sia, kita sudah merasakannya bukan?
Nah semoga ini jadi pelajaran buat kita semua, dan kita bisa menyadari, sia-sialah jerih payah dan pengorbanan kita semua, kita sudah capek-capek latihan, capek mondar-mandir hunting baju, capek mencari dana, namun jika memaafkan teman saja tidak bisa, semua akan sia-sia.
Tetapi seperti kata orang bijak, pasti ada hikmah dibalik setiap kesalahan itu, semoga kita bisa mengambil buah manis dari kesalahan kita untuk kita jadikan pembaharu dalam hati kita masing-masing.
Terima kasih yang sebesar-besarnya buat pelatih kami Bang Mindo Leo Siahaan, yang sudah begitu sabar membimbing dan mengajari kami (bang..gue udah tahu tuh bagaimana caranya ngelatih paduan suara, gue bisa curi ilmunya abang, ntar gue terapin dah di kumpulan marga gue hehehe), kepada asisten Bang Mindo, Ramos dan Devi (ampun deh Mos nemenin Jessie buat nyari baju loe tuh ga bisa gue lupain seumur idup..sumpeh..hampir pengsan gue kwkwkwkwk), kepada Ketua Naposo Jessie Siregar yang sudah capek mengurus segala keperluan tim padus kita, mulai dari cari anggota, hunting baju, kucuk-kucuk kesana-kemari....(jujur betis gue masih kerasa Jess saat ngikutin loe hunting baju di Tanah Abang..qiqiqiqi..parah loe Jess..ampun dah..), buat official kami eda Alfred, Budi, Hendra..(luar biasa deh eda kita yang atu ini, hmm..Budi juga..tolak angin gue mana Bud, air minum sekali-kali yang ber-merk donk Bud..jangan itu mulu..kwkwkwkwk), buat Peo atas koreo cantiknya...(qiqiqiqikk....akan saya turunkan koreo apik ini buat anak cucu gue..kwakwakwakwak.....semua memuji koreo kita Pe, mantraaaapppp...katanya), buat Inang (gue lupa Inang siapa itu) atas sumbangan dana buat kostum final kami, buat Pendeta Resort kami yang sudah ngebela-belain dateng untuk nyemangatin kami, buat teman-teman tim paduan suara kita yang tercinta, dan semua-muanya deh jemaat HKBP Jaka Sampurna yang sudah memberikan dukungan moril maupun material buat tim padus kami.
Kiranya Bapa di Surga yang pasti melihat hati semua orang yang telah memberikan dukungan, akan memberikan berkat berlipat kali ganda kepada Amang, Inang dan teman-teman semua.
TUHAN YESUS MEMBERKATI.
AMIN.
CamRa, 21/08/11
Jecqlien Netty Marpaung.
(mohon maaf temen2 jika ada yang tidak suka dengan penulisan artikel ini, notes ini semata-mata adalah ungkapan hati saya yang ingin saya sharekan pada teman-teman semua, bukan ada niat untuk saling menyalahkan satu sama lain)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar