1. Pengertian
Penalaran
Penalaran (reasoning) adalah proses berpikir
yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Pengertian lain penalaran adalah
suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta atau petunjuk
menuju suatu kesimpulan. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan
terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi
yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru
yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar
penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil
kesimpulannya disebut dengankonklusi (consequence).
Secara umum, ada dua jenis penalaran atau
pengambilan kesimpulan, yakni penalaran induktif dan deduktif.
1. Penalaran Induktif dan Coraknya
Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum.
Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum.
Penalaran Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara:
a. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunkan dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik, sosial ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus itu, orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu.
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunkan dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik, sosial ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus itu, orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu.
b. Analogi
Analogi adalah suatu proses yag bertolak dari peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan ”Apa yang berlaku pada satu hal, akan pula berlaku untuk hal lainya”. Dengan demikian, dasar kesimpulan yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensial dari dua hal yang dianalogikan.
Analogi adalah suatu proses yag bertolak dari peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan ”Apa yang berlaku pada satu hal, akan pula berlaku untuk hal lainya”. Dengan demikian, dasar kesimpulan yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensial dari dua hal yang dianalogikan.
c. Hubungan Kausal (Sebab Akibat)
Penalaran induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab akibat) merupakan penalaran yang bertolak dari hukum kausalitas bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu gejala atau kejadian pun yang muncul tanpa penyebab.
Cara berpikir seperti itu sebenarnya lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam dunia ilmu pengetahuan.
Penalaran induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab akibat) merupakan penalaran yang bertolak dari hukum kausalitas bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu gejala atau kejadian pun yang muncul tanpa penyebab.
Cara berpikir seperti itu sebenarnya lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam dunia ilmu pengetahuan.
2. Penalaran Deduktif dan Coraknya
Penalaran deduksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang
umum (prinsip, hukum, teori atau keyakinan) menuju hal-hal khusus. Berdasarkan
sesuatu yang umum itu, ditariklah kesimpulan tentang hal-hal khusus yang
merupakan bagian dari kasus atau peristiwa khusus itu.
Penalaran deduktif dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan proposisi yang ketiga. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung didalamnya.
Dari pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga bagian yakni: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Yang dimaksud dengan premis adalah proposisi yang menjadi dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term mayor dari silogisme, merupakan generalisasi atau proposisi yang dianggap benar bagi semua unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor mengandung term minor atau tengah dari silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menuntuk sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu. Kesimpulan adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas, akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya.
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan proposisi yang ketiga. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung didalamnya.
Dari pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga bagian yakni: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Yang dimaksud dengan premis adalah proposisi yang menjadi dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term mayor dari silogisme, merupakan generalisasi atau proposisi yang dianggap benar bagi semua unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor mengandung term minor atau tengah dari silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menuntuk sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu. Kesimpulan adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas, akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya.
b. Entinem
Entinem adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang dianggap telah dipahami.
Entinem adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang dianggap telah dipahami.
2. Pengertian
Penulisan Ilmiah
Penulisan ilmiah adalah penulisan hasil berpikir
ilmiah yang di dalamnya mencerminkan ciri ilmu pengetahuan.
Ciri Penulisan Ilmiah
a. Isi mencerminkan hakikat ilmu pengetahuan/objek
ilmu tertentu
b. Mengandung teori/semacam kerangka berpikir
c. Ada metodenya (cara mencari dan menemukan
kebenaran)
d. Mengandung penalaran.
3. Konsep
Penalaran Ilmiah dalam Kaitannya dengan Penulisan Ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh
pengamatan, peninjauan atau penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut
metode tertentu dengan sistematika penulisan yang santun dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Atas dasar itu, sebuah karya tulis ilmiah harus memenuhi tiga syarat:
1. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
2. Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
3. Sosok tampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.
1. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
2. Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
3. Sosok tampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian penting
dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah
penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau
sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir
keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama
sekali tidak dapat ditinggalkan.
Metode berpikir keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:
1. Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
2. Dukungan fakta empirik
3. Analisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.
1. Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
2. Dukungan fakta empirik
3. Analisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.
Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5
aspek/matra. Kelima aspek tersebut
adalah:
a. Aspek keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah hubungan antarbagian yang
satu dengan yang lain dalam
suatu karangan. Artinya, bagian-bagian dalam
karangan ilmiah harus berkaitan satu
sama lain. Pada pendahuluan misalnya, antara latar
belakang masalah – rumusan
masalah – tujuan – dan manfaat harus berkaitan.
Rumusan masalah juga harus
berkaitan dengan bagian landasan teori, harus
berkaitan dengan pembahasan, dan
harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
b. Aspek urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang sesuatu yang
harus didahulukan/ditampilkan
kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang
bersifat pengembangan). Suatu
karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir
tertentu.Pada bagian Pendahuluan,
dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum.
Landasan teori merupakan paparan
kerangka analisis yang akan dipakai untuk membahas.
Baru setelah itu persoalan
dibahas secara detail dan lengkap. Di akhir
pembahasan disajikan kesimpulan atas
pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah
c. Aspek argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan
fakta, analisis terhadap fakta,
pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal
yang telah dibuktikan. Hampir
sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan
argumen-argumen mengapa masalah
tersebut perlu dibahas (pendahuluan),
pendapat-pendapat/temuan-temuan dalam
analisis harus memuat argumen-argumen yang lengkap
dan mendalam.
d. Aspek teknik penyusunan
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah
digunakan secara konsisten.
Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan
tertentu, dan teknik ini bersifat
baku dan universal.
e. Aspek bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan
tersebut? baik dan benar? Baku?
Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik,
benar dan ilmiah. Penggunaan
bahasa yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar
keilmiahan suatu karya sastra
lebih-lebih untuk karangan ilmiah akademis.
Beberapa ciri bahasa ilmiah: kalimat pasif, sebisa
mungkin menghindari kata ganti diri
(saya, kami, kita), susunan kalimat efektif/hindari
kalimat-kalimat dengan klausa-klausa
yang panjang.
Daftar pustaka:
Jumanta. Tanpa Tahun. “Penalaran dalam Proses Penulisan Ilmiah”. Dalam Univ. Esa Unggul/Jumanta/MKU 113
Mardiya. 2010. “Penalaran dalam Penulisan Karya Ilmiah”. Dalam http://mardiya.wordpress.com/2010/11/29/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah-oleh-mardiya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar