NETTI NATARIDA MARPAUNG

WELLCOME TO MY BLOG..

I'M A DREAMER, AND I WANNA MAKE MY DREAMS COME TRUE.

Jumat, 29 November 2013

PERILAKU KONSUMEN. BAB. IX



KOMUNIKASI


PENTINGNYA KOMUNIKASI

Manusia termasuk makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri atau makhluk yang selalu bermasyarakat.  Sebagai makhluk sosial, manusia selalu melakukan hubungan kerja sama, belajar, berjualan, bertamu, dan lain sebagainya.  Setiap melakukan aktivitas, manusia pasti berkomunikasi.  Jadi setiap manusia senantiasa melakukan komunikasi dalam setiap aktivitas sehari-hari.

Beberapa alasan pentingnya Komunikasi:
a.    Komunikasi mendatangkan efektifitas yang lebih besar
b.    Komunikasi menempatkan orang-orang pada tempat yang seharusnya.
c.    Komunikasi membawa orang-orang untuk terlibat dalam organisasi dan meningkatan motivasi untuk melibatkan kinerja yang baik, dan meningkatkan komitmen terhadap organisasi.
d.    Komunikasi menghasilkan hubungan dan pengertian yang lebih baik antara bawahan, kolega, dan orang-orang di dalam organisasi dan di luar organisasi.
e.    Komunikasi menolong orang-orang untuk mengerti perlunya perubahan.
f.    Komunikasi meminimalkan permasalahan-permasalahan di dalam keorganisasian seperti konflik, stress, demotifasi dan loyalitas.


DEFINISI KOMUNIKASI

Beberapa definisi komunikasi dapat disebut di bawah ini.
1.    Louis Forsdale (1981), seorang ahli komunikasi dan pendidikan, mengungkapkan “communication is the process by which system is established, maintained, and altered by menans of shared signals that operate according to rules”. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu system dapat didirikan, dipelihara dan diubah.
2.    Gatewood and Taylor (1996) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses memindahkan informasi dan pengertian (maksud) dari satu orang kepada orang lain.
3.    Stoner, Freeman dan Gilbert (1996) mengartikan komunikasi sebagai suatu proses yang dipergunakan oleh manusia untuk mencari kesamaan arti lewat tranmisi pesan simbolik.
4.    Newman dan Summer (1961) mengartikan komunikasi sebagai proses pertukaran fakta, ide, opini atau emosi melalui kata-kata, surat-surat, symbol-simbol atau pesan.


PROSES KOMUNIKASI

Proses komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima, menggunakan isyarat tangan, atau menggunakan sarana komunikasi tertentu lainnya.
1.    Pengirim (sender)
Proses komunikasi diawali oleh pengirim sebagai sumber pesan. Pengirim, dalam kerangka keorganisasian dapat berupa karyawan biasa, manajer, atau pihak luar yang memberikan gagasan, maksud, informasi dan bertujuan mengadakan kumunikasi. Pengirim dalam hal ini telah menentukan makna apa yang akan disampaikannya. Agar apa yang akan disampaikan itu dapat tersusun dengan baik, maka sender perlu menyusun sebuah rencana yang berisi makna utama apa yang akan disampaikan.
2.    Penyandian (encoding)
Tindakan pemberian arti simbol-simbol pada pemikiran, misalnya memutuskan kata-kata mana yang harus dikatakan atau ditulis disebut sebagai penyandian (encoding). Penyandian itu perlu karena informasi hanya dapat dikirimkan dari seorang kepada orang lain lewat perwakilan atau sandi.
3.    Saluran Komunikasi (communication chanel)
Ketika orang-orang berkomunikasi dalam lingkungan organisasi, mereka biasanya menggabungkan tampilan vokal (saluran pendengaran) dan pandangan (saluran penglihatan). Sentuhan (saluran peraba), penciuman (saluran penciuman), dan perasa (saluran saraf) juga digunakan dalam saluran pesan dalam komunikasi. Fungsi saluran komunikasi di sini adalah sebagai alat menyampaikan pesan. Untuk menyampaikan pesan yang dimaksud, seseorang dapat meggunakan berbagai macam, yaitu tatap muka, telepon, pertemuan kelompok, komputer, memo, pernyataan kebijakan, system imbalan, jadwal produksi, dan ramalan penjualan.
4. Pengertian Sandi (Decoding)
    Pesan yang diterima kemudian diinterpretasikan dan diterjemahkan ke dalam informasi yang mempunyai arti. Proses ini dilakukan dengan dua cara, pertama penerima harus menerima, kemudian mengartikannya. Pengertian dipengaruhi oleh pengalaman penerima, pemilihan penilaian pribadi mengenai simbol dan gerakan tubuh yang dipakai, dan harapan. Meciptakan gelombang suara yang penuh arti adalah sandi yang tepat, yang pantas untuk penyandian dengan melalui suatu sumber; menterjemahkan gelombang suara ke dalam pemikiran merupakan penguraian sandi (decoding).
5. Penerimaan (Receiver)
    Bila pesan tidak sampai pada penerima, maka komunikasi itu belum terjadi. Artinya, pesan yang dikirimkan itu harus diterima baik (dipahami) oleh penerima. Oleh karena itu pesan yang dikirimkan harus jelas kepada siapa pesan itu ditujukan. Dalam hal ini kita tidak akan menggunakan cara yang sama dalam berkomunikasi kepada anak-anak dan berkomunikasi kepada orang dewasa. Jadi dalam berkomunikasi siapa pendengarnya perlu dipertimbangkan.
6. Umpan Balik (Feedback)
    Sebuah rangkaian umpan balik (Feedback) memberi saluran bagi tanggapam penerima yang memungkinkan sender untuk menentukan apakah pesan telah diterima dan menghasilkan tanggapan yang dimaksudkan. Bagi manajer, umpan balik komunikasi ini mungkin datangdari berbagai macam cara. Dalam situasi tatap muka, umpan balik bias terjadi secara langsung melalui tanda-tanda atau sandi. Dengan diberikannya reaksi ini kepada si pengirim (sender), perngirim akan dapat mengetahui apakah pesan yang dikirimkan tersebut diinterpretasikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim. Bila arti pesan yang dimaksudkan oleh si pengirim berarti komunikasi tersebut efektif.
7. Kegaduhan (noise)
Gangguan (noise) merupakan sifat yang melekat pada komunikasi. Dalam setiap proses komunikasi, kegaduhan atau kendala-kendala dalam berkomunikasi akan selalu ada. Gangguan dapat timbul dalam saluran komunikasi, atau metode pengiriman seperti udara dan kertas. Ganggua juga dapat terjadi secara internal (kurang perhatian penerima) atau eksternal (gangguan suara lain).


KOMUNIKASI PERSUASIF

Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator 
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi persuasif agar berhasil
Banyak faktor menentukan keberhasilan/ ketidak berhasilan suatu pesan yang bertujuan persuasif. Empat faktor utama adalah
1. Sumber pesan/ komunikator yang mempunyai kredibilitas yang tinggi; contohnya seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang apa yang disampaikannya.
2. Pesan itu sendiri (apakah masuk akal/ tidak)
3. Pengaruh lingkungan
4. Pengertian dan kesinambungan suatu pesan (apakah pesan tersebut diulang-ulang)
Namun faktor-faktor ini tidak berjalan secara bertahap, pada banyak kasus faktor-faktor ini saling tumpang tindih.


PANDANGAN TENTANG PROSES KOMUNIKASI

Komunikasi pemasaran terlalu sering hanya berfokus untuk mengatasi kesenjangan kesadaran akan produk, citra, atau preferensi dalam pasar sasaran. Tetapi pandangan dalam komunikasi pemasaran ini memiliki beberapa keterbatasan, terlalu pendek dan mahal, dan sebagian besar pesan jenis ini tidak sampai kepada pelanggan sasaran.

Sekarang terjadi gerakan yang memandang komunikasi sebagai pengelolaan proses pembelian pelanggan sepanjang waktu. Selama tahap sebelum penjualan, tahap penjualan, tahap pemakaian, dan tahap setelah pemakaian. Dan karena setiap pelanggan berbeda, program komunikasi perlu dirancang untuk segmen, celah pasar, dan bahkan individu tertentu. Dengan adanya teknologi elektronik baru, perusahaan harus bertanya bukan hanya "Bagaimana kita dapat menjangkau pelanggan kita?" tetapi juga "Bagaimana kita dapat menemukan cara yang memungkinkan para pelanggan kita mencapai kita?”

Dengan demikian, titik awal dalam proses komunikasi adalah memeriksa semua interaksi potensial yang mungkin dimiliki pelanggan sasaran dengan produk dan perusahaan. Misalnya, seseorang yang ingin membeli komputer akan bertanya pada orang lain, melihat iklan di televisi, membaca artikel di koran dan majalah, dan mengamati komputer yang dipajang di toko-toko komputer. Pemasar perlu menilai pengalaman dan kesan-kesan manakah yang paling berpengaruh pada berbagai tahap dalam proses pembelian. Pemahaman ini akan membantu pemasar dalam mengalokasikan dana komunikasinya dengan lebih efisien.


MEMILIH SALURAN KOMUNIKASI
     
Komunikator harus memilih saluran komunikasi yang efisien untuk menyampaikan pesan. Dalam banyak kasus diperlukan banyak saluran komunikasi yang berbeda. Misalnya, wiraniaga perusahaan farmasi jarang mendapat waktu 10 menit dari seorang dokter yang sibuk. Penyajian mereka harus singkat, cepat, dan meyakinkan. Hal ini membuat penjualan produk farmasi menjadi sangat mahal dan industri farmasi harus memperkuat berbagai saluran komunikasi. Hal ini mencakup pemasangan iklan di jurnal-jurnal, mengirim surat langsung (termasuk pita video, dan audio), memberikan sampel gratis, dan bahkan pemasaran lewat telepon. Perusahaan-perusahaan farmasi biasanya mensponsori konferensi medis yang mengundang dan membayar sejumlah besar dokter untuk menghabiskan akhir minggu dengan mendengarkan dokter-dokter terkemuka memuji obat tertentu pada pagi harinya dan pada sore harinya berolah raga golf atau tennis.
Wiraniaga akan mengatur konferensi jarak jauh yang mengajak para dokter untuk mendiskusikan suatu masalah bersama melalui telepon dengan seorang pakar. Para wiraniaga akan mensponsori kelompok makan siang dan makan malam dengan para dokter. Semua pendekatan ini dilakukan untuk membangun preferensi para dokter pada suatu obat bermerek yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan obat generik.


MODEL KOMUNIKASI PEMASARAN

Model komunikasi pemasaran yang biasa dikembangkan pada umumnya tidak jauh dengan proses komunikasi dalam ilmu komunikasi. Model komunikasi pemasaran meliputi sender atau disebut juga sumber (source).

Pertama kali pesan komunikasi datang dari sumber. Dalam pemasaran sumber berarti pihak yang mengirim pesan pemasaran kepada konsumen. Pihak yang mengirim pesan tentu saja perusahaan. Proses selanjutnya yaitu perusahaan menentukan bagaimana pesan itu disusun agar bisa dipahami dan direspons secara positif oleh penerima dalam hal ini konsumen. Pada proses tersebut ditentukan pula jenis komunikasi apa yang akan digunakan. Apakah pesan akan disampaikan melalui iklan, personal selling, promosi penjualan, publik relation atau pemasaran langsung. Proses enconding ini juga disebut sebagai proses menerjemahkan tujuan-tujuan komunikasi ke dalam bentuk-bentuk pesan yang akan dikirimkan kepada penerima.

Proses selanjutnya yaitu  menyampaikan pesan melalui media. Jika pesan dirancang dalam bentuk iklan, maka pesan harus disampaikan dalam bentuk media cetak atau media elektronik. Pesan yang disampaikan dalam media cetak akan berbeda bentuk dan strukturnya dengan pesan yang disampaikan dalam media elektronik. Pesan dalam media cetak biasanya bersifat detail dan menjelaskan karakteristik produk secara lengkap. Sedangkan pesan yang akan disampaikan dalam media elektronik seperti radio dan televisi tidak boleh secara detail menerangkan produk karena akan sangat memakan biaya. Proses penyampaian pesan melalui media ini disebut sebagai proses transmisi.

Pesan yang disampaikan melalui media akan ditangkap oleh penerima. Ketika pesan diterima, penerima akan memberikan respons terhadap pesan yang disampaikan. Respons yang diberikan bisa positif, negatif atau netral. Respon positif tentu saja adalah respons yang diharapkan oleh pengirim pesan. Respon positif identik dengan terjadinya keserasian antara harapan pengirim pesan dengan tanggapan penerima pesan. 
Dengan perkataan lain, pesan yang dirancang direspons sesuai dengan keinginan perancang pesan. Kesesuaian antara harapan pengirim dengan tanggapan penerima inilah yang diharapkan terjadi, karena hal ini akan mempengaruhi perilaku konsumen secara positif. Hal yang tidak diharapkan terjadi adalah respons negatif atau netral dari konsumen (penerima pesan), respon negatif ini terjadi karena tidak terjadinya keserasian antara harapan pengirim pesan dengan respons dilakukan oleh penerima. Pengirim mengharapkan A, konsumen mengharapkan B, jadi ada ketidaksesuaian antara harapan pengirim dengan tanggapan konsumen. Proses memberikan respons dan menginterprestasikan pesan yang diterima disebut sebagai proses decoding. Proses decoding berarti penerima pesan memberi interprestasi atas pesan yang diterima.

Proses decoding ini akan dilanjutkan dengan tindakan konsumen sebagai penerima pesan, jika pesan yang sampai diterima secara positif, maka hal ini akan memberikan pengaruh positif pada sikap dan perilaku konsumen. Sikap positif konsumen terhadap suatu produk akan mendorong konsumen untuk melakukan tindakan pembelian, karena dibatasi oleh kemampuan daya beli. Sedangkan sikap negatif terhadap produk akan menghalangi konsumen untuk melakukan tindakan pembelian. Janganlah sikap negatif, sikap positif pun tidak semuanya diakhiri dengan pembelian, apalagi jika sesorang mempunyai sikap negatif, pasti akan sangat menghalangi tindakan pembelian. Oleh karena itu, pembentukan sikap positif terhadap produk sangat penting dilakukan oleh perusahaan.

Proses terakhir yaitu umpan balik atas pesan yang dikirimkan. Perusahaan mengevaluasi apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan harapan, artinya mendapat respons dan tindakan yang positif dari konsumen atau justru pesan tidak sampai secara efektif. Pengukuran efektifitas pesan adalah tingkat penjualan produk yang ditawarkan ke pasar. Pesan melalui iklan disebut berhasil atau efektif jika tingkat  penjualan produk setelah proses  penyampaian pesan meningkat secara signifikan. Sebaliknya  pesan  yang disampaikan tidak efektif jika setelah pesan disampaikan penjualan produk tidak meningkat, atau justru turun. Indikator penjualan ini seharusnya menjadi sinyal awal bagi perusahaan untuk melakukan penelitian atas pesan yang sampaikan ke konsumen.


ALAT-ALAT PROMOSI DALAM KOMUNIKASI PEMASARAN

Periklanan

Karena banyaknya bentuk dan penggunaan periklanan, sangat sulit untuk membuat generalisasi yang merangkum semuanya. Namun, sifat-sifat berikut dapat diper­hatikan: 
Presentasi umum: Periklanan yang bersifat umum itu memberikan semacam keab­sahan pada produk dan menyarankan tawaran yang terstandardisasi. Karena banyak orang menerima pesan yang sama, pembeli mengetahui bahwa motif mereka untuk membeli produk tersebut akan dimaklumi oleh umum.
Tersebar luas: Periklanan adalah medium yang berdaya sebar luas yang memung­kinkan penjual mengulang pesan berkali-kali. iklan juga memungkinkan pembeli menerima dan membandingkan pesan dari berbagai pesaing. Periklanan berskala besar oleh seorang penjual menyiratkan hal yang positif tentang ukuran., keku­atan, dan keberhasilan penjual.
Ekspresi yang lebih kuat: Periklanan memberikan peluang untuk mendramatisasi perusahaan dan produknya melalui penggunaan cetakan, suara, dan warna yang penuh seni.
Tidak bersifat pribadi: Audiens tidak merasa wajib untuk memperhatikan atau menanggapi. Iklan hanya mampu melakukan monolog, bukan dialog, dengan audiens.

Promosi Penjualan

Walaupun alat promosi penjualan-kupon, kontes, harga premi, dan sejenisnya­ sangat beragam, semuanya memberikan tiga manfaat yang berbeda:
Komunikasi: Promosi penjualan menarik perhatian dan biasanya meinberikan informasi yang dapat mengarahkan konsumen ke produk bersangkutan.
Insentif Promosi penjualan menggabungkan sejumlah kebebasan, dorongan, atau kontribusi yang memberi nilai bagi konsumen.
Ajakan: Promosi penjualan merupakan ajakan untuk melakukan transaksi pembelian sekarang.
Perusahaan menggunakan alat-alat promosi penjualan itu untuk menciptakan tanggapan yang lebih kuat dan lebih cepat. Promosi penjualan dapat digunakan untuk mendapatkan akibat jangka pendek seperti mendramatisir tawaran produk dan men­dorong penjualan yang lentur. 

Hubungan Masyarakat dan Publisitas

Daya tarik hubungan masyarakat dan publisitas didasarkan pada tiga sifat khusus:
Kredibilitas yang tinggi: Ceritera dan gambar mengenai beritanya lebih otentik dan dipercaya oleh pembaca dibandingkan dengan iklan.
Kemampuan menangkap pembeli yang tidak dibidik sebelumnya: Hubungan masyarakat dapat menjangkau banyak calon pembeli yang cenderung menghin­dari wiraniaga dan iklan.
Dramatisasi: Hubungan masyarakat memiliki kemampuan untuk mendramatisasi suatu perusahaan atau produk.
Pemasar cenderung kurang menggunakan hubungan masyarakat; tetapi program hubungan masyarakat yang direncanakan dengan baik dan dikoordinasikan dengar elemen bauran promosi yang lain dapat menjadi sangat efektif. 

Penjualan personal

Penjualan personal adalah alat yang paling efektif-biaya pada tahap proses pembeliar lebih lanjut, terutama dalam membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pem­beli. Penjualan personal, memiliki tiga ciri khusus: 
Konfrontasi personal: Penjualan personal mencakup hubungan yang hidup, lang­sung dan interaktif antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak dapat mengobservasi reaksi dari pihak lain dengan lebih dekat.
Mempererat: Penjualan personal memungkinkan timbulnya berbagai jenis hubungar mulai dari hubungan penjualan sampai hubungan persahabatan. Wiraniaga biasa­nya sudah benar-benar mengetahui_ minat pelanggan yang terbaik.
Tanggapan: Penjualan personal membuat pembeli merasa berkewajiban untuk mendengarkan pembicaraan wiraniaga.

Pemasaran Langsung

Meski terdapat berbagai bentuk pemasaran langsung-surat langsung, pemasaran jarak jauh, pemasaran elektronik, dan sebagainya-semuanya memiliki empat karakteristik berikut. Pemasaran langsung bersifat: 
Nonpublik: Pesan biasanya ditujukan kepada orang tertentu.
Disesuaikan: Pesan dapat disiapkan untuk menarik orang yang dituju.
Terbaru: Pesan dapat disiapkan dengan sangat cepat.
Interaktif: Pesan dapat diubah tergantung pada tanggapan orang tersebut


SUMBER

http://rifiandhika.wordpress.com/2012/11/13/definisibentuk-dan-pentingnya-komunikasi-dalam-organisasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_persuasif
http://bagarsclothing.wordpress.com/2012/06/08/pengertian-komunikasi-persuasif/
http://belajarserbaneka.blogspot.com/2012/11/pandangan-tentang-proses-komunikasi.html
http://www.zoeldhan-infomanajemen.com/2013/04/memahami-komunikasi-pemasaran.html



 Link :


Selasa, 19 November 2013

PERILAKU KONSUMEN. BAB. VIII



SIKAP KONSUMEN


Sebelum seorang konsumen memutuskan untuk membeli atau mengkonsumsi suatu produk, pastinya konsumen tersebut harus menyukai atau mengingini produk tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Maka diperlukanlah suatu proses pembentukan sikap konsumen terhadap produk tersebut, agar konsumen tidak menyesal dikemudian hari.


A. DEFINISI SIKAP KONSUMEN

Sikap adalah sebuah ungkapan dalam bentuk perilaku atas perasaan , keyakinan, dan kepercayaan seseorang terhadap suatu objek (misalnya: orang lain, benda, ide, dll). Biasanya ditandai dengan perasaan suka dan tidak suka.

Sikap Konsumen adalah suatu gambaran dari perasaan, keyakinan, dan kepercayaan seorang konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari sebuah objek.


B. FUNGSI-FUNGSI SIKAP

Daniel Kazt mengklasifikasikan empat  fungsi sikap yaitu :

1. Fungsi Utilitarian. 
Merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukuman. Disini konsumen mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar apakah suatu produk memberikan kepuasan atau kekecewaan. Jika seseorang menyukai suatu produk apakah dia akan mengembangkan sebuah sikap positif terhadap produk tersebut.
2. Fungsi Ekspresi Nilai. 
Konsumen mengembangkan sikap terhadap suatu produk bukan didasarkan atas manfaat produk itu, tetapi lebih didasarkan atas kemampuan merek produk itu mengekspresikan nilai-nilai yang ada pada dirinya.
3. Fungsi Mempertahankan Ego. 
Sikap yang dikembangkan oleh konsumen cenderung untuk melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego.
4. Fungsi Pengetahuan. 
Melalui sikap yang ditunjukkan akan dapat diketahui bahwa dirinya memiliki pengetahuan yang cukup, yang banyak atau tidak tahu sama sekali mengenai objek sikap. Fungsi pengetahuan dapat membantu konsumen mengurangi ketidakpastian dan kebingungan dalam memilah-milah informasi yang relevan dan tidak relevan dengan kebutuhannya.

                       
C. TIGA KOMPONEN SIKAP

1. Komponen Kognitif
Kepercayaan, keyakinan, atau persepsi seorang konsumen terhadap suatu objek. Biasanya diperoleh atas pengetahuan konsumen tersebut dari pengalaman dan informasi yang dimilikinya.
2. Komponen Afektif
Emosi atau perasaan seorang konsumen terhadap suatu objek tertentu. Biasanya dengan adanya perasaan suka atau tidak suka konsumen terhadap objek tersebut.
3. Komponen Konatif
Kecenderungan tindakan atau perilaku seorang konsumen terhadap suatu objek tertentu. Biasanya tindakan konsumen untuk membeli atau menolak objek tersebut.


D. PERAN SIKAP DALAM PENGEMBANGAN STRATEGI PEMASARAN

Pengukuran sikap konsumen bagi pemasaran merupakan hal yang sangat penting. Dengan mengetahui sikap, pemasar dapat mengidentifikasi segmen manfaat, mengembangkan produk baru dan memformulasikan serta evaluasi strategi promosional. Sikap konsumen terhadap suatu produk dapat bervariasi bergantung pada apa yang menjadi orientasi. Berkenaan dengan sikap, pemasar diharapkan mengidentifikasi segmen konsumen berdasarkan manfaat produk yang diinginkan oleh konsumen. Pengembangan produk dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui sikap konsumen. Mengukur sikap konsumen bisa dilakukan dengan cara menyebarkan kuisoner kepada kelompok konsumen sasaran yang sebelumnya telah diidentifikasi. Dengan adanya kuisoner dapat mengukur sikap konsumen, tetapi tidak hanya berhenti sampai disitu saja, sikap konsumen perlu terus menerus dipantau agar produk yang dikembangkan  benar-benar memenuhi keinginan konsumen. Sikap konsumen merupakan hal yang sangat penting  dalam pengembangan strategi promosi. Dengan mengikuti apa yang diinginkan konsumen akan memudahkan bagi pihak promosi untuk membuat iklan yang menarik perhatian.


E. HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU

Sejumlah studi telah gagal dalam memprediksi perilaku terutama yang terkait dengan sikap seseorang terutama dengan ukuran-ukuran sikap yang bersifat verbal. (misalnya masalah rasial, atau agama). 

Pandangan Tiga Komponen tentang Sikap
Telah banyak penelitian menunjukkan bahwa antara sikap dan perilaku itu tidak berkorelasi, ataupun bila berkorelasi maka tidak menunjukkan arah yang hubungan kausalitas. Sebagai penyebabnya karena sikap itu memiliki tiga komponen. Menurut pandangan ini, (Rosenberg & Hovland, 1960) sikap itu merupakan predisposisi untuk merespon sejumlah stimulus dengan sejumlah tertentu. Ketiga respon tersebut antara lain afektif (perasaan evaluatif dan preferensi) kognitif (opini dan belief), dan behavioral atau konasi (over acion dan pernyataan tentang kecenderungan). 

Dari gambar di atas tampak bahwa konsep sikap lebih dipandang sebagai intervening variabel (variabel antara) antara stimulus yang dapat diobservasi dengan respon yang terobservasi. Sikap menurut pandangan ini bukanlah konstruk yang menggambarkan hubungan antara stimulus-respon. Sikap bukan pula merupakan interpretasi individu tentang stimulus yang dialami. Sikap lebih dipandang sebagai situasi yang ambigius dalam ikatan antara akibat (effect) dan penyebab (cause) dari suatu peristiwa yang observabel. Bagian yang paling ambigius dalam siagram itu adalah tanda panah antara sikap dengan tiga unsurnya. Karena dalam diagram itu sikap dapat menyebabkan afektif, kognitif, dan konasi tertentu. Dan antara ketiganya dipisahkan satu per satu.


F. MEMPREDIKSI PERILAKU DENGAN SIKAP

Terdapat enam faktor yang mempengaruhi kemampuan sikap dalam memprediksi perilaku, antara lain:

1. Tingkat Keterlibatan Konsumen. Jika tingkat keterlibatan konsumen terhadap suatu obyek sikap tinggi (misalnya produk), maka perilakunya cenderung akan sesuai dengan sikapnya yang cenderung kuat.

2. Pengukuran sikap. Jika pengukuran sikap valid dan reliabel dan mempunyai tingkat abstraksi yang sama dengan pengukuran perilaku serta dalam waktu yang relatif dekat atau bersamaan waktunya, maka sikap dapat digunakan untuk memprediksi perilaku.

3. Pengaruh orang lain. Orang lain yang mempunyai pengaruh kuat dalam kondisi tertentu dapat mempengaruhi sebuah sikap yang negatif menghasilkan perilaku yang positif. Contoh seorang anak tidak suka pada produk pakaian merek A, namun karena orang tua atau kakaknya mempengaruhinya untuk memlih dan membeli merek B, maka meskipun sikapnya positif terhadap merek A, namun perilakunya tidak positif.

4. Faktor situasional. Kondisi yang mendesak dan situasi yang tidak mendukung (dalam kondisi berduka /sakit maupun gembira) seringkali menyebabkan sikap tidak dapat digunakan untuk memprediksi perilaku.

5. Pengaruh merek lain. Merek lain yang lebih unggul dalam memberikan manfaat yang diharapkan seringkali mempengaruhi hubungan sikap dengan perilaku.  Konsumen bisa memilih merek lain karena setelah dipilih dan dirasakan ternyata sesuai dengan yang diharapkan konsumen.

6. Kekuatan sikap. Sikap dapat digunakan untuk memprediksi perilaku, ketika sikap tersebut sangat kuat ada pada konsumen.


G. MODEL PERUBAHAN KEPERCAYAAN, SIKAP DAN PERILAKU

Setelah mempelajari hal diatas maka selanjutnya pemasar harus dapat mengetahui model perubahan kepercayaan, sikap dan perilaku, dimana dalam model ini proses perubahan dimulai dengan pesan /komunikasi dengan maksud membujuk. Pemrosesan informasi pesan kemudian terjadi. Pada titik ini proses perubahan terjadi melalui jalur yang berbeda yaitu:

Jalur pengambilan keputusan (dapat di pelajari dengan proses perubahan sikap berdasarkan Elaboration Likelihood Model, Model Multiatribut, dan Model Reasoned Action atau Model Behavioral Intentions).

Jalur eksperiental (dapat dipelajari dengan Balance Theory, mempengaruhi sikap dengan teori pertimbangan sosial.).

Jalur Pengaruh perilaku (dapat di pelajari dengan  mempelajari pengaruh Behaviorial).
 


SUMBER

http://blogs.unpad.ac.id/v12stawberry/2011/12/02/sikap-konsumen/
http://matasiswa.blogspot.com/2012/06/sikap-dan-perilaku.html
http://boetarboetarzz.blogspot.com/2012/11/sikap-konsumen.html
http://hieigemblung.blogspot.com/2013/01/sikap-dan-perilaku-konsumen.html
http://titayulianita.wordpress.com/2011/07/05/bab-6-faktor-sikap-terhadap-perilaku-konsumen/



 Link:



Senin, 18 November 2013

== OTOBIOGRAFI SINGKAT SAYA ==


Saya dilahirkan dan dibabtis dengan nama NETTI NATARIDA MARPAUNG, dan berulang tahun setiap tanggal 2 Mei. Saya adalah anak ke-4 dari 8 bersaudara, diantaranya 7 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Lazimnya dalam keluarga orang Batak sangat diharapkan kehadiran anak laki-laki, karena laki-laki merupakan penerus marga atau trah dari keluarga tersebut. Mungkin karena hal tersebutlah sehingga jumlah saudara saya banyak, sebab dari anak pertama hingga anak ke-6, kami perempuan semuanya, anak ke-7 laki-laki dan anak ke-8 perempuan lagi.

Ketika berusia 6 tahun saya didaftarkan orang tua di Sekolah Dasar. Walaupun saya tidak mengenyam pendidikan di Taman Kanak-kanak tetapi  saya tidak kalah bersaing dengan teman-teman yang lain. Terbukti saat penerimaan raport, saya berhasil meraih juara 1 kelas, dan begitu selanjutnya hingga saya lulus Sekolah Dasar.

Setelah lulus Sekolah Dasar saya melanjutkan pendidikan di bangku SMP. Manimbang soal mutu sekolah, saya lebih memilih sekolah di sebuah SMP yang lumayan jauh dari rumah dari pada memilih sekolah di SMP yang ada di daerah saya, dan mengharuskan saya nge-kost di dekat sekolahan. Di usia saya yang masih 12 tahun saat itu, saya sudah harus tinggal terpisah dari keluarga dan belajar hidup mandiri. Sejak saat itu hingga sekarang saya terbiasa hidup jauh dari orang tua dan hal tersebut mengajarkan saya lebih dewasa dan mandiri.

Pertama kali menerima raport di bangku SMP saya sempat syok dengan nilai yang menurut saya lumayan jelek, yang biasanya di Sekolah Dasar saya selalu meraih rangking pertama namun di SMP saya hanya mampu masuk 10 besar. Hmm…mungkin karena pengaruh adaptasi lingkungan atau bisa juga karena siswa-siswanya sudah lebih meluas berasal dari berbagai daerah, sehingga membuat saya sedikit down, namun setelah terbiasa dengan lingkungan yang baru dan lebih giat belajar di semester berikutnya saya mampu meraih posisi di 3 besar. Saya lulus dari bangku SMP dengan nilai yang cukup memuaskan dan waktu itu pihak sekolah mengusulkan saya dan beberapa teman yang nilainya cukup bagus untuk dicalonkan menjadi siswa di sebuah SMA unggulan yang memiliki akreditasi plus, yang mana semua siswa yang diterima di SMA tersebut harus melalui berbagai test yang sangat ketat. Penyesalan pertama saya saat itu adalah saya tidak mengikuti serangkaian test masuk sekolah unggulan tersebut dikarenakan biaya-biaya transportasi dan lainnya yang menurut saya  besar dan tidak ingin membebani orang tua sehingga saya tidak memberitahukan hal tersebut kepada orang tua saya.

Karena begitu banyaknya tanggungan orang tua saya, dimana kami semua anak-anaknya masih berada di usia sekolah, orang tua saya menyarankan supaya saya menganggur dulu setahun, tahun depan dilanjutkan kembali, kata orang tua saya. Jujur saja saya menolak saran orang tua saya itu, saya tidak mau mengganggur dan harus melanjut ke jenjang SMA. Dengan modal nekat saya pergi ke rumah Bapak tua saya, abang dari bapak saya, dan mengutarakan niat saya yang ingin melanjutkan sekolah dan memohon agar bapak tua saya mau membantu sementara biaya sekolah saya. Syukurlah saat itu bapak tua saya mau membantu, dan akhirnya saya didaftarkan masuk ke sebuah SMK swasta di daerah yang jauh dari kampung orang tua saya. Lagi-lagi saya harus tinggal kost di daerah tersebut dan kembali harus bisa mandiri.

Tiga tahun berjalan akhirnya saya bisa menyelesaikan pendidikan SMK saya dengan hasil yang memuaskan. Saya berhasil meraih nilai tertinggi di sekolah. Juga dengan modal nekat, saya mencoba mengikuti ujian test masuk perguruan tinggi negeri. Namun karena saya hanya bermodal memahami materi SMK saja, sementara materi yang diujikan rata-rata materi dari SMA, akhirnya saya gagal masuk perguruan tinggi negeri, dan cita-cita untuk kuliah pun harus saya redam dalam hati saja mengingat kemampuan orang tua saya yang tidak memadai untuk menyekolahkan saya sampai jenjang perguruan tinggi.

Satu tahun menganggur setelah saya lulus SMK saya berniat merantau saja, mengadu nasib di daerah yang sudah berbeda propinsi dengan kampung halaman saya. Tidak lama kemudian saya sudah mendapatkan pekerjaan dan tahun berikutnya saya pindah, merantau di daerah yang berbeda lagi, hingga pada tahun 2009 saya datang ke Jakarta dan mencoba mengadu nasib di daerah metropolitan ini. Susah-senang, pahit-getirnya kehidupan Jakarta sudah saya alami tanpa bergantung pada keluarga. Walaupun sudah beberapa tahun saya lulus SMK, namun niat dan cita-cita saya untuk kuliah tidaklah surut begitu saja. Pada tahun 2011 saya mendaftarkan diri untuk masuk perguruan tinggi yaitu Universitas Gunadarma. Saya bekerja sambil kuliah dan sebisa mungkin membagi waktu antara jam kerja saya dan jam kuliah. Puji syukur, walaupun waktu saya sangat sedikit untuk bisa belajar di rumah, namun nilai IPK saya pada semester pertama lumayan bagus, 3,73. Namun pada semester berikutnya nilai saya turun hingga semester 4 yang lalu nilai IPK saya menjadi 3,59.

Rezeki dan garis kehidupan siapa yang tahu, awal tahun 2013 saya menikah. Saya hanya yakin jika saya mau berusaha keras, saya pasti bisa membagi waktu antara kuliah dan mengurus rumah tangga. Kebetulan suami saya masih mengizinkan saya untuk kuliah namun untuk bekerja tidak lagi. Saya hamil dan pada tanggal 8-10-2013 saya melahirkan putera pertama saya yang diberi nama CHADRICK OSAZE MANALU, yang berarti Petarung yang tangguh dan diberkati Tuhan. Walaupun saya harus menjalani operasi Caesar untuk melahirkan anak saya, namun rasa bahagia memiliki seorang putera mampu mengalahkan segalanya. Dengan berbagai pertimbangan, saya tidak mengambil cuti semester karena saat saya melahirkan tidak berketepatan di saat-saat ujian semester. Pun semester 5 adalah semester penentuan untuk jalur skripsi atau compre. Saya ingin menyelesaikan kuliah saya di jalur skripsi tepat waktu, ingin lulus bersama-sama dengan sahabat-sahabat saya yang begitu baik hati pada saya, diantaranya Dewi, Pipit, Kimy, Nui, Wanto, Neng, Marta, dan lainnya yang tidak saya sebut satu persatu. Mereka-mereka inilah sahabat yang membantu saya dalam perkuliahan, juga pada saat saya absen tidak masuk kuliah pasca melahirkan, mereka bersedia membantu saya dalam tugas-tugas kuliah dan catatan-catatan kuliah yang tertinggal.

Memiliki dan mengurus anak bayi yang masih kecil, mengurus rumah tangga dan kuliah bukanlah aktivitas yang gampang untuk dijalani. Berbagai tantangan datang silih berganti diantaranya banyak pihak dari keluarga yang menyarankan saya supaya berhenti kuliah, perempuan tugasnya adalah mengurus anak, di rumah, begitu kata keluarga. Saya tidak ingin membantah mereka, saya diamkan saja, namun dalam hati saya bertekad, saya akan buktikan pada semua bahwa saya bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu tanpa mengabaikan anak. Tuhan telah menganugerahi akal dan pikiran kepada kita, maka kita harus bisa pergunakan itu untuk mampu melakukan yang terbaik untuk sebuah cita-cita, anak dan  keluarga.

Satu hal yang selalu menjadi motivasi dalam hidupku, BERUSAHALAH...LAKUKAN BAGIANMU, LALU TUHAN AKAN MELAKUKAN BAGIAN YANG KAMU TIDAK MAMPU LAKUKAN.

Demikianlah otobiografi singkat saya, di lain waktu saya masih punya niat untuk menuliskan otobiografi saya selengkapnya.


Bekasi, 11-18-13


Jumat, 15 November 2013

PERILAKU KONSUMEN. BAB. VII


PEMBELAJARAN KONSUMEN


Pengertian pembelajaran konsumen

Pembelajaran konsumen adalah suatu perubahan dalam perilaku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman masa lalunya.. Konsumen akan menyesuaikan perilakunya dengan pengalamannya di masa lalu.

Ada beberapa elemen dasar dalam pembelajaran :
1. Motivasi
2. Isyarat (tanda-tanda)
3. Respon
4. Penguatan (Reinforcement)


Teori pembelajaran
                  
Terdapat dua aliran pemikiran atas proses pembelajaran konsumen:
1. Aliran behaviorist yang memandang perubahan respon konsumen merupakan hasil dari pemaparan rangsangan (stimuli exposure). Dua tipe yang termasuk di dalamnya adalah classical conditioning dan instrumental conditioning.
2. Aliran kognitif, yang memandang pembelajaran sebagai penyelesaian masalah. Fokus perhatiannya adalah perubahan dalam psikological set konsumen (persepsi, sikap, gaya hidup, dan lain-lain) sebagai hasil dari pembelajaran.


Relevansi pengaruh perilaku dan cognitive learning pada pemasaran

Pada perspektif kognitif, konsumen berperilaku untuk menyelesaikan berbagai masalahnya. Timbulmnya kebutuhan dan keinginan, dipandang sebagai masalah yang harus diselesaikan. Perilaku yang ditampilkan merupakan proses penyelesaian masalah.
Cognitive learning menekankan pada proses berpikir dalam pembelajaran konsumen, sementara itu classical conditioning menekankan pada hasil yang didasarkan pada asosiasi stimulus.
Relevansi Pengaruh Perilaku dan Cognitive Learning pada Pemasaran
Pendekatan perilaku mungkin akan sangat cocok untuk kondisi yang aktivitas kognitifnya (pengenalan masalah, pencarian informasi yang ekstensif, evaluasi alternatif, mengambil keputusan dan mengevaluais keputusan pembelian) adalah minimal. Pendekatan perilaku akan cocok untuk konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian produk. Mungkin mereka akan merasa membuang-buang waktu untuk mencari infomasi yang berhubungan dengan pembelian pasta gigi, sabun mandi, dan lain-lain.
Teori pembelajaran kognitif lebih relevan untuk produk yang penting dan memerlukan keterlibatan tinggi.


Loyalitas konsumen

Menurut Tjiptono (2000 : 110) loyalitas konsumen adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan sifat yang sangat positif dalam pembelian jangka panjang. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa kesetiaan terhadap merek diperoleh karena adanya kombinasi dari kepuasan dan keluhan. Sedangkan kepuasan pelanggan tersebut hadir dari seberapa besar kinerja perusahaan untuk menimbulkan kepuasan tersebut dengan meminimalkan keluhan sehingga diperoleh pembelian jangka panjang yang dilakukan oleh konsumen.

Loyalitas pelanggan sangat penting artinya bagi perusahaan yang menjaga kelangsungan usahanya maupun kelangsungan kegiatan usahanya. Pelanggan yang setia adalah mereka yang sangat puas dengan produk dan pelayanan tertentu, sehingga mempunyai antusiasme untuk memperkenalkannya kepada siapapun yang mereka kenal. Selanjutnya pada tahap berikutnya  pelanggan yang loyal tersebut akan memperluas “kesetiaan” mereka pada produk-produk lain buatan produsen yang sama. Dan pada akhirnya mereka adalah konsumen yang setia pada produsen atau perusahaan tertentu untuk selamanya. Philip Kotler (2001) menyatakan bahwa loyalitas tinggi adalah pelanggan yang melakukan pembelian dengan prosentasi makin meningkat pada perusahaan tertentu daripada perusahaan lain.

Dalam upaya untuk mempertahankan pelanggan harus mendapatkan prioritas yang lebih besar dibandingkan untuk mendapatkan pelanggan baru. Oleh karena itu, loyalitas pelanggan berdasarkan kepuasan murni dan terus-menerus merupakan salah satu aset terbesar yang mungkin didapat oleh perusahaan. 


Pembelajaran vicarious
            
Pembelajaran Vicarious (Pencontohan) menyangkut pembelajaran melalui observasi, yang memadukan aspek – aspek dari teori pembelajaran kognitif dan perilaku. Pembelajaran Vicarious merujuk pada suatu proses yang berusaha mengubah perilaku dengan meminta individu mengamati tindakan orang lain


SUMBER :
http://andre-silvan.blogspot.com/2010/11/pembelajaran-konsumen.html
http://violarif.blogspot.com/2010_11_01_archive.html
http://skripsi-manajemen.blogspot.com/2011/03/pengertian-loyalitas-konsumen.html
http://indahjauhari.blogspot.com/2011/01/proses-psikologis.html


Link:




PERILAKU KONSUMEN. BAB. VI


PERSEPSI KONSUMEN


Pengertian Persepsi

Persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan memaknakan kesan-kesan indera untuk dapat memberikan arti terhadap lingkungannya. Apa yang seseorang persepsikan terhadap sesuatu dapat berbeda dengan kenyataan dengan kenyataan yang objektif.

Secara etimologi persepsi berasal dari bahasa latin perceptio yang berarti menerima atau mengambil. Persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai stimuli dipilih, diorganisir, dan diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna.

Menurut Stephen P. Robbins (1998), persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan pemaknaan terhadap kesan-kesan sensori untuk memberi arti pada lingkungannya. Menurut Fred Luthans (1992) mengatakan proses persepsi dapat didefinisikan sebagai interaksi yang rumit dalam penyeleksian, pengorganisasian, dan penafsiran stimulus. Sedangkan menurut Milton (1981) mengatakan persepsi adalah proses seleksi, organisasi dan interpretasi stimulus yang berasal dari lingkungan.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai stimuli dipilih, diorganisir, dan diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna.


Persepsi Konsumen

Persepsi konsumen adalah proses dimana seseorang mengorganisir dan mengartikan kesan dari panca indera dalam tujuan untuk memberi arti dalam lingkungan mereka (Robbins, 1998) . persepsi konsumen ini sangat penting dipelajari karena perilaku konsumen karena perilaku konsumen didasarkan oleh persepsi mereka tentang apa itu kenyataan dan bukan kenyataan itu sendiri. Menurut shiffman dan kanuk (1997)  persepsi akan sesuatu berasal dari interaksi antara dua jenis faktor :

1. Faktor stimulus, yaitu karakteristik secara fisik seperti ukuran, berat, warna atau bentuk. Tampilan suatu produk baik kemasan maupun karakteristik akan mampu menciptakan suatu rangsangan pada indra manusian, sehingga mampu menciptakan sesuatu persepsi mengenai produk yang dilihatnya.

2. Faktor individu, yang termasuk proses didalamnya bukan hanya pada panca indra akan tetapi juga pada proses pengalaman yang serupa dan dorongan utama serta harapan dari individu itu sendiri.

Dalam persepsi seseorang juga melalui proses seleksi. Seleksi adalah proses seseorang memilih dan menentukan marketing stimuli karena tiap individu adalah unik dalam kebutuhan, keinginan dan pengalaman, sikap dan karakter pribadi masing-masing orang. Menurut Shiffman dan Kanuk (2000) dalam seleksi ada proses yang disebut selective perception concept. Adapun selective perception concept, yaitu

1. Selective Exposure
Konsumen secara efektif mencari pesan menemukan kesenangan atau simpati mereka secara aktif menghindari kesakitan atau ancaman disisi lainnya. Mereka secara efektif membuka diri mereka kepada iklan-ikaln yang menentramkan hati mereka mengenai kebijaksanaan tentang kepuasaan pembeliannya.

2. Selective Attention
Konsumen mengadakan transaksi pemilihan yang bagus dengan tujuan perhatian mereka berikan pada rangsangan komersial. Mereka mempunyai kesadaran tinggi terhadap rangsangan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Jadi konsumen mungkin untuk mengingat iklan untuk prodek yang dapat memuaskan kebutuhan mereka dan mengabaikan yang tidak mereka butuhkan.

3. Perceptual Defense
Konsumen secara bawah sadar menyaring rangsangan yang mereka temukan ancaman psikological, meskipun telah terdapat pembukaan. Jadi ancaman atau sebaliknya rangsangan yang merusak mungkin lebih sedikit diterima secara sadar daripada rangsangan netral pada level pembukaan yang sama.

4. Perceptual Blocking
Konsumen melindungi diri mereka dari rangsangan-rangsangan yang mereka anggap negatif dan mempunyai pengaruh buruk bagi diri mereka.

                                                                                        
Stimuli pemasaran dan persepsi konsumen

a.      Stimuli pemasaran adalah setiap komunikasi / stimuli fisik yang didesain untuk mempengaruhi konsumen. Produk & komponennya (kemasan, isi, ciri fisik) adalah stimuli utama. Komunikasi yang didesain untuk mempengaruhi konsumen adalah stimuli tambahan yang mempresentasikan produk (kata-kata, gambar, & simbol) atau melalui stimuli lain seperti harga, tempat penjualan & sales.

b.      Stimuli lingkungan adalah stimuli fisik yang didesain untuk mempengaruhi keadaan lingkungan. Faktor kunci yang menentukan persepsi konsumen :
·        Karakteristik stimulus yang mempengaruhi persepsi : elemen indera & struktural.
·        Kemampuan konsumen untuk mendeteksi perbedaan dalam suara, cahaya, bau dan stimuli lainnya.

Karakteristik stimulus yang mempengaruhi persepsi
a. Sensory mempengaruhi bagaimana suatu produk dirasakan, meliputi faktor : warna, bau, rasa.
b. Faktor struktural meliputi ukuran iklan, posisi penempatan iklan, warna dan kontras.

Karakteristik konsumen yang mempengaruhi persepsi  
Membedakan stimulus : apakah konsumen bisa merasakan perbedaan antara dua atau lebih stimuli. Apakah konsumen merasakan perbedaan merk berdasarkan rasa, perbaan, harga & bentuk kemasan produk ? Kenyataannya byk konsumen yg bs membedakan merk produk berdasarkan rasa, tp ada jg yg tidak bisa. Shg pemasar sering menggunakan iklan agar konsumen mampu membedakan merk.


Proses persepsi

Prose terjadinya persepsi meliputi :

1) Proses Fisis
Dimana objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera.

2) Proses Fisiologis
Stimulus yang diterima alat indera kemudian dilanjutkan oleh saraf sensoris ke otak.

3) Proses Psikologis
Terjadi proses pengolahan otak, sehingga individu menyadari tentang apa yang ia terima dengan alat indera sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterima. 

Implikasi pemasaran dari inferensi perseptual
• Konsumen cenderung membentuk citra terhadap merek, toko, dan perusahaan didasarkan pada inferensi mereka yg diperoleh dr stimuli pemasaran & lingkungan.
• Citra : total persepsi trhdp suatu objek, yg dibentuk dgn memproses informasi dr berbagai sumber setiap waktu.
• Pemasar harus secara konstan mencoba mempengaruhi citra konsumen.


Semiotis

Semiotis/Semiotik (semiotics) berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti tanda atau sign. Tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan suatu yang lain (stand for something else) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan (Broadbent, 1980). Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori tentang pemberian tanda.
Charles S.Peirce, penemu modern semiotics, mendefinisikan semiosis sebagai hubungan antara tanda, objek, dan makna.
· Orang yang menginterpretasikan tanda disebut interpreter.
· Gambaran objek yang dibentuk interpreter dari sebuah tanda disebut interpretant.
· Contoh: kata mobil sebagai tanda, seseorang yang memberi makna sebagai interpreter dan bayangan alat transportasi beroda empat sebagai interpretant.
Semiotis (tanda) merupakan stimuli yang bertujuan untuk mendapatkan kesiapan dalam memberikan respon. Semiotis biasa digunakan dalam sebuah iklan dimana simbol/tandanya dapat menggambarkan identitas/ciri khas suatu produk sehingga dapat menimbulkan persepsi konsumen terhadap produk tersebut.


Inferensi perseptual

Inferensi perseptual merupakan sebuah proses membaca persepsiyang dimulai dari melihat dan mendengar sehingga produsen dapat mengetahui apa yang menjadi persepsi konsumen dan dapat memotivasinya untuk membeli suatu produk. 



SUMBER :
http://vaniariyanti.blogspot.com/2012/05/persepsi-konsumen-pengertian-persepsi.html
http://www.slideshare.net/dwie_radet/persepsi-konsumen
http://communicationista.wordpress.com/2009/07/03/semiotics/

                                       
Link: