Saya dilahirkan dan dibabtis dengan nama NETTI NATARIDA MARPAUNG, dan berulang tahun setiap tanggal 2 Mei. Saya adalah anak ke-4 dari 8
bersaudara, diantaranya 7 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Lazimnya dalam
keluarga orang Batak sangat diharapkan kehadiran anak laki-laki, karena
laki-laki merupakan penerus marga atau trah dari keluarga tersebut. Mungkin
karena hal tersebutlah sehingga jumlah saudara saya banyak, sebab dari anak
pertama hingga anak ke-6, kami perempuan semuanya, anak ke-7 laki-laki dan anak
ke-8 perempuan lagi.
Ketika berusia 6 tahun saya didaftarkan orang tua di Sekolah
Dasar. Walaupun saya tidak mengenyam pendidikan di Taman Kanak-kanak
tetapi saya tidak kalah bersaing dengan
teman-teman yang lain. Terbukti saat penerimaan raport, saya berhasil meraih
juara 1 kelas, dan begitu selanjutnya hingga saya lulus Sekolah Dasar.
Setelah lulus Sekolah Dasar saya melanjutkan pendidikan di
bangku SMP. Manimbang soal mutu sekolah, saya lebih memilih sekolah di sebuah
SMP yang lumayan jauh dari rumah dari pada memilih sekolah di SMP yang ada di
daerah saya, dan mengharuskan saya nge-kost di dekat sekolahan. Di usia saya
yang masih 12 tahun saat itu, saya sudah harus tinggal terpisah dari keluarga dan
belajar hidup mandiri. Sejak saat itu hingga sekarang saya terbiasa hidup jauh
dari orang tua dan hal tersebut mengajarkan saya lebih dewasa dan mandiri.
Pertama kali menerima raport di bangku SMP saya sempat syok
dengan nilai yang menurut saya lumayan jelek, yang biasanya di Sekolah Dasar
saya selalu meraih rangking pertama namun di SMP saya hanya mampu masuk 10
besar. Hmm…mungkin karena pengaruh adaptasi lingkungan atau bisa juga karena
siswa-siswanya sudah lebih meluas berasal dari berbagai daerah, sehingga
membuat saya sedikit down, namun setelah terbiasa dengan lingkungan yang baru
dan lebih giat belajar di semester berikutnya saya mampu meraih posisi di 3
besar. Saya lulus dari bangku SMP dengan nilai yang cukup memuaskan dan waktu
itu pihak sekolah mengusulkan saya dan beberapa teman yang nilainya cukup bagus
untuk dicalonkan menjadi siswa di sebuah SMA unggulan yang memiliki akreditasi
plus, yang mana semua siswa yang diterima di SMA tersebut harus melalui
berbagai test yang sangat ketat. Penyesalan pertama saya saat itu adalah saya
tidak mengikuti serangkaian test masuk sekolah unggulan tersebut dikarenakan
biaya-biaya transportasi dan lainnya yang menurut saya besar dan tidak ingin membebani orang tua sehingga
saya tidak memberitahukan hal tersebut kepada orang tua saya.
Karena begitu banyaknya tanggungan orang tua saya, dimana
kami semua anak-anaknya masih berada di usia sekolah, orang tua saya
menyarankan supaya saya menganggur dulu setahun, tahun depan dilanjutkan
kembali, kata orang tua saya. Jujur saja saya menolak saran orang tua saya itu,
saya tidak mau mengganggur dan harus melanjut ke jenjang SMA. Dengan modal
nekat saya pergi ke rumah Bapak tua saya, abang dari bapak saya, dan
mengutarakan niat saya yang ingin melanjutkan sekolah dan memohon agar bapak
tua saya mau membantu sementara biaya sekolah saya. Syukurlah saat itu bapak
tua saya mau membantu, dan akhirnya saya didaftarkan masuk ke sebuah SMK swasta
di daerah yang jauh dari kampung orang tua saya. Lagi-lagi saya harus tinggal
kost di daerah tersebut dan kembali harus bisa mandiri.
Tiga tahun berjalan akhirnya saya bisa menyelesaikan pendidikan
SMK saya dengan hasil yang memuaskan. Saya berhasil meraih nilai tertinggi di
sekolah. Juga dengan modal nekat, saya mencoba mengikuti ujian test masuk
perguruan tinggi negeri. Namun karena saya hanya bermodal memahami materi SMK
saja, sementara materi yang diujikan rata-rata materi dari SMA, akhirnya saya
gagal masuk perguruan tinggi negeri, dan cita-cita untuk kuliah pun harus saya
redam dalam hati saja mengingat kemampuan orang tua saya yang tidak memadai
untuk menyekolahkan saya sampai jenjang perguruan tinggi.
Satu tahun menganggur setelah saya lulus SMK saya berniat
merantau saja, mengadu nasib di daerah yang sudah berbeda propinsi dengan kampung
halaman saya. Tidak lama kemudian saya sudah mendapatkan pekerjaan dan tahun
berikutnya saya pindah, merantau di daerah yang berbeda lagi, hingga pada tahun
2009 saya datang ke Jakarta dan mencoba mengadu nasib di daerah metropolitan
ini. Susah-senang, pahit-getirnya kehidupan Jakarta sudah saya alami tanpa
bergantung pada keluarga. Walaupun sudah beberapa tahun saya lulus SMK, namun
niat dan cita-cita saya untuk kuliah tidaklah surut begitu saja. Pada tahun
2011 saya mendaftarkan diri untuk masuk perguruan tinggi yaitu Universitas
Gunadarma. Saya bekerja sambil kuliah dan sebisa mungkin membagi waktu antara
jam kerja saya dan jam kuliah. Puji syukur, walaupun waktu saya sangat sedikit
untuk bisa belajar di rumah, namun nilai IPK saya pada semester pertama lumayan
bagus, 3,73. Namun pada semester berikutnya nilai saya turun hingga semester 4
yang lalu nilai IPK saya menjadi 3,59.
Rezeki dan garis kehidupan siapa yang tahu, awal tahun 2013
saya menikah. Saya hanya yakin jika saya mau berusaha keras, saya pasti bisa
membagi waktu antara kuliah dan mengurus rumah tangga. Kebetulan suami saya
masih mengizinkan saya untuk kuliah namun untuk bekerja tidak lagi. Saya hamil
dan pada tanggal 8-10-2013 saya melahirkan putera pertama saya yang diberi nama
CHADRICK OSAZE MANALU, yang berarti Petarung yang tangguh dan diberkati Tuhan.
Walaupun saya harus menjalani operasi Caesar untuk melahirkan anak saya, namun
rasa bahagia memiliki seorang putera mampu mengalahkan segalanya. Dengan
berbagai pertimbangan, saya tidak mengambil cuti semester karena saat saya
melahirkan tidak berketepatan di saat-saat ujian semester. Pun semester 5
adalah semester penentuan untuk jalur skripsi atau compre. Saya ingin
menyelesaikan kuliah saya di jalur skripsi tepat waktu, ingin lulus
bersama-sama dengan sahabat-sahabat saya yang begitu baik hati pada saya,
diantaranya Dewi, Pipit, Kimy, Nui, Wanto, Neng, Marta, dan lainnya yang tidak
saya sebut satu persatu. Mereka-mereka inilah sahabat yang membantu saya dalam
perkuliahan, juga pada saat saya absen tidak masuk kuliah pasca melahirkan,
mereka bersedia membantu saya dalam tugas-tugas kuliah dan catatan-catatan
kuliah yang tertinggal.
Memiliki dan mengurus anak bayi yang masih kecil, mengurus
rumah tangga dan kuliah bukanlah aktivitas yang gampang untuk dijalani.
Berbagai tantangan datang silih berganti diantaranya banyak pihak dari keluarga
yang menyarankan saya supaya berhenti kuliah, perempuan tugasnya adalah mengurus
anak, di rumah, begitu kata keluarga. Saya tidak ingin membantah mereka, saya
diamkan saja, namun dalam hati saya bertekad, saya akan buktikan pada semua
bahwa saya bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu tanpa mengabaikan anak. Tuhan
telah menganugerahi akal dan pikiran kepada kita, maka kita harus bisa
pergunakan itu untuk mampu melakukan yang terbaik untuk sebuah cita-cita, anak
dan keluarga.
Satu hal yang selalu menjadi motivasi dalam hidupku,
BERUSAHALAH...LAKUKAN BAGIANMU, LALU TUHAN AKAN MELAKUKAN BAGIAN YANG KAMU
TIDAK MAMPU LAKUKAN.
Demikianlah otobiografi singkat saya, di lain waktu saya masih
punya niat untuk menuliskan otobiografi saya selengkapnya.
Bekasi, 11-18-13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar