NETTI NATARIDA MARPAUNG

WELLCOME TO MY BLOG..

I'M A DREAMER, AND I WANNA MAKE MY DREAMS COME TRUE.

Jumat, 25 April 2014

MENCIPTAKAN GENERASI EMAS INDONESIA DI MASA YANG AKAN DATANG

 Pernahkah kita berpikir bahwa untuk keluar dari zona negara berkembang yang melekat pada negara Indonesia ini ialah hanya dengan menciptakan generasi baru yang baik dan bermutu di masa depan? Dan bagaimanakah selayaknya generasi baru tersebut?

Gagasan itu terbersit dalam pikiran saya ketika saya sedang memberikan ASI pada buah hatiku tercinta. Melihat begitu banyaknya ibu yang melahirkan di negeri ini yang tidak memberikan ASI untuk anaknya yang mungkin disebabkan oleh berbagai faktor atau alasan. Alasan-alasan tersebut bisa jadi karena: (1) Ibu belum memahami betapa pentingnya ASI Eksklusif untuk bayi baru lahir, (2) Ibu kembali bekerja, (3) Kurangnya motivasi dari keluarga terutama suami, (4) Gencarnya iklan susu formula, (5) Kurangnya dukungan sekitar dan tenaga kesehatan, (6) Sang ibu merasa ASI yang dimilikinya kurang memadai, sehingga merasa perlu untuk menambah susu formula. Dan alasan yang ke-(7) adalah bahwasanya sang ibu merasa jika menyusui nantinya akan mengendurkan otot-otot payudara mereka dan hal tersebut akan mengurangi daya tarik atau penampilan mereka. Khusus untuk dua alasan terakhir, sesungguhnya hal itu lebih merupakan perasaan subyektif sang ibu karena data yang lebih realistik menunjukkan hanya 1 dari 1000 orang ibu yang betul-betul memiliki jumlah ASI yang kurang memadai. Dan juga si ibu tersebut lebih mementingkan diri sendiri dalam hal ini penampilannya, dibanding anak yang mereka lahirkan yang seharusnya anak tersebutlah tujuan hidup kita.

Saya sendiri seorang ibu yang memiliki bayi, sangat bersyukur mampu memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan kepada anak saya, walaupun sehari-hari saya masih harus beraktivitas di luar rumah seperti kuliah dan lainnya. Pemberian ASI tersebut nantinya akan dilanjutkan hingga anak saya berusia 2 tahun.

Jika kita melihat data SDKI (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2012, hanya ada 50,8 % bayi usia 0-1 bulan yang menerima ASI, 48,9% untuk bayi 2-3 bulan, 27,1 % untuk bayi 4-5 bulan dan 0,7% untuk bayi dibawah 24 bulan, dengan kata lain tidak ada bayi yang lolos ASI eksklusif selama 2 tahun.

Sangat miris memang jika kita melihat data tersebut, padahal ASI begitu penting untuk tumbuh kembang seorang anak, semakin lama seorang anak mendapatkan pasokan ASI, semakin besar peluang untuk terbebas dari gangguan mental seperti menarik diri dari pergaulan, gelisah, gangguan cara berpikir, perilaku menyimpang, autisme, serta tingkah laku agresif, juga untuk menjaga daya tahan tubuh atau sistem imun anak terhadap segala jenis penyakit.

Salah satu penelitian terbaru yang dipublikasikan Brown University menunjukkan hasil adanya perbedaan perkembangan otak sebesar 20-30 persen antara anak yang murni mendapatkan ASI, dengan anak yang mendapatkan asupan kombinasi (ASI + susu formula), apalagi yang hanya mengandalkan penuh susu formula. Rangkuman penelitian lebih jauh bisa dibaca pada tautan ini: http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://news.brown.edu/pressreleases/2013/06/breastfeeding

Hasil penelitian Dr. Leda Chatzi dari University of Crete, Yunani, yang dilansir kantor beritaReuters di akhir tahun 2013 memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya dengan menunjukkan hasil bahwa bayi-bayi yang mendapat ASI Eksklusif, pada umur 18 bulan menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam kemampuan kognitif, komunikasi reseptif, dan kelincahan motorik dibandingkan bayi yang tak mendapatkan ASI Eksklusif. Informasi lebih jauh tentang ini bisa disimak pada laman berikut:http://www.reuters.com/article/2013/12/25/us-breast-feeding-idUSBRE9BO08920131225

Jika semua ibu menyadari betapa pentingnya ASI untuk tumbuh kembang anak, bukankah nantinya akan terlahir generasi-generasi emas Indonesia yang selain pintar juga memiliki kepribadian yang baik? Perlu diketahui bahwa bibit, bebet, serta bobot seorang anak ada di tangan seorang ibu. Lalu ibu manakah yang tidak ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya?

Untuk keluar dari zona negara berkembang yang terus menerus melekat pada negara Indonesia yang kita cintai ini adalah jika kita bisa merobah paradigma atau pola berpikir ibu-ibu di negeri ini. Jadilah ibu yang bijak yang akan melahirkan generasi-generasi emas Indonesia yang nantinya akan bisa membawa negara Indonesia ini menuju negara yang maju, makmur dan sentosa.


Jakarta, 4252014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar