1. IDENTITAS
BUKU
Judul :
Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Penulis :
Tere Liye
Jenis Buku :
Fiksi
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit :
Jakarta
Cetakan I :
Januari 2012
Tebal Buku :
512 halaman
2. SINOPSIS
Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah adalah karya Tere
Liye yang menceritakan kisah kehidupan dan cinta pertama yang begitu memukau dari seorang pemuda
bernama Borno, pemuda berhati paling lurus sepanjang tepian Kapuas.
Borno yang awalnya hanya seorang pengemudi sepit
jatuh cinta kepada Mei, gadis keturunan China, yang sangat berbeda jauh
kehidupan sosial maupun ekonominya. Walaupun Mei berasal dari keluarga orang
berada, dia tidak pernah malu untuk naik sepit. Dari sepit itulah awal mula
kisah mereka.
Ada tujuh miliar penduduk bumi saat ini. Jika
separuh saja dari mereka pernah jatuh cinta, setidaknya akan ada satu miliar
lebih kisah cinta. Akan ada setidaknya 5 kali dalam setiap detik, 300 kali
dalam semenit, 18.000 kali dalam setiap jam, dan nyaris setengah juta sehari
semalam, seseorang entah di belahan dunia mana, berbinar, harap-harap cemas,
gemetar, malu-malu menyatakan perasaannya.
Apakah Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah ini sama
spesialnya dengan miliaran cerita cinta lain? Sama istimewanya dengan kisah
cinta kita?
3. UNSUR
INTRINSIK
- Tema
Tema yang tersirat dalam novel Kau, Aku, dan Sepucuk
Angpau Merah ini tak lain adalah “cinta pertama yang menjadi cinta sejati”. Hal
itu dapat dibuktikan dari penceritaan per kalimatnya dimana penulis berusaha menggambarkan
begitu besarnya kekuatan cinta sehingga dapat membawa seseorang melupakan masa
lalu yang sangat menyakitkan.
- Latar
Dalam novel ini disebutkan latarmya yaitu tepian
sungai Kapuas, dermaga sepit dan pelampung di kota Pontianak, Sekolah Dasar tempat
Mei mengajar dan kota Surabaya. Waktu yang digunakan pagi, siang, sore, dan
malam. Latar nuansanya lebih berbau melayu dan suasana kehidupan nelayan sungai
Kapuas.
- Penokohan dan Perwatakan
Borno : baik hati, pantang menyerah, penyuka otomotif
dan mesin, punya cita-cita dan setia. Mei : gadis berambut lurus,cantik, sendu
menawan, Andi : suka bercanda dan jahil, Pak Tua : Orang yang bijak, sederhana,
Koh Acong : pemilik toko kelontong yang sangat teliti, pintar dalam berhitung,
Cik Tulani : pemilik warung makan yang sangat pelit, Bang Togar : ketua
pengemudi sepit yang ugal-ugalan, kasar, tapi sesungguhnya berjiwa baik.
- Alur
Dalam novel ini menggunakan alur gabungan (alur maju
dan mundur). Alur maju ketika pengarang menceritakan dari mulai kecil sampai
dewasa dan alur mundur ketika menceritakan peristiwa waktu kecil pada saat
sekarang/dewasa.
- Gaya bahasa
Gaya penceritaan novel ini sangat sempurna. Yaitu
kecerdasan kata-kata dan kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa ada unsur
repetitif yang membosankan. Setiap katanya mengandung kekayaan bahasa sekaligus
makna apik dibalik tiap-tiap katanya. Selain itu, Novel ini ditulis dengan gaya
realis bertabur metafora, penyampaian cerita cinta yang sederhana, indah, dan
klasik, penuh inspirasi dan imajinasi.
- Amanat
Amanat yang disampaikan dalam Kau, Aku, dan Sepucuk
Angpau Merah ini adalah jangan berhenti berharap. Cinta sejati itu akan
menemukan sendiri jalan ceritanya, tidak usah dipaksakan. Hal itu secara jelas
digambarkan penulis dalam novel ini yaitu pengorbanan yang tidak akan sia-sia.
- Sudut Pandang
Sudut pandang novel ini yaitu “orang pertama” (aku).
Dimana penulis memposisikan dirinya sebagai tokoh Borno dalam cerita.
4. UNSUR
EKSTRINSIK
- Nilai Moral
Nilai moral pada novel ini sangat kental.
Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan rasa humanis yang terang dalam diri
seorang pemuda dalam menyikapi lika-liku kehidupan. Di sini, tokoh utama digambarkan
sebagai sosok pemuda yang mempunyai perangai yang baik dan punya cita-cita.
- Nilai Sosial
Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini begitu kaya
akan nilai sosial. Hal itu dibuktikan rasa setia kawan dan sepenanggungan yang
begitu tinggi antara tokoh bang Togar dan pengemudi-pengemudi sepit lainnya,
Pak Tua, Koh Acong dan Cik Tulani. Andi dan bapaknya. Masing-masing saling mendukung
dan membantu antara satu dengan yang lain dengan didasari rasa gotong royong yang
tinggi sebagai orang Melayu Pontianak, dalam keadaan kekurangan pun masih dapat
saling membantu satu sama lain.
- Nilai Adat istiadat
Nilai adat di sini juga begitu kental terasa. Adat istiadat penghuni tepian sungai Kapuas yang sebagian besar menggantungkan
hidupnya pada sungai yang membelah kota mereka. Sehingga menambah khazanah
budaya yang lebih Indonesia.
5. KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN
1) Kelebihan
Banyak kelebihan-kelebihan yang didapatkan dalam novel ini. Mulai dari segi kekayaan bahasa hingga kekuatan alur yang mengajak pembaca masuk dalam cerita hingga merasakan tiap latar yang terdeskripsikan secara sempurna. Hal ini tak lepas dari kecerdasan penulis memainkan imajinasi berfikir yang dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual yang berkelas. Penulis juga menjelaskan tiap detail latar yang mem-background-i adegan demi adegan, sehingga pembaca selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal yang akan terjadi. Selain itu, kelebihan lain daripada novel ini yaitu kepandaian Tere Liye dalam mengeksplorasi dan mencungkil hal-hal istimewa dari kehidupan yang tidak menarik perhatian. Novel ini juga menceritakan cinta pertama yang begitu memukau, mengajari tetapi tidak menggurui.
2) Kelemahan
Pada dasarnya novel ini hampir tiada kelemahan. Hal itu disebabkan karena penulis dengan cerdas dan apik menggambarkan keruntutan alur, deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan karakter. Baik ditinjau dari segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus akan novel yang bermutu.
selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar