ETIKA BISNIS DALAM PELAYANAN PASIEN PADA KLINIK UMI RAHMA BEKASI
JURNAL
Oleh:
Netti Natarida Marpaung
(15211137)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2014
ABSTRAKSI
Etika
bisnis adalah seni dan disiplin dalam menerapkan prinsip-prinsip etika untuk
mengkaji dan memecahkan masalah-masalah moral yang kompleks. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui, mengidentifikasikan,
menganalisis penerapan etika bisnis dalam pelayanan pasien
pada Klinik dan Rumah Bersalin Umi Rahma Bekasi, Jawa Barat. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan fokus penelitian
mengamati etika bisnis ditinjau dari sudut pandang penyedia
tempat pelayanan kesehatan dan pasien sebagai konsumen Klinik dan Rumah
Bersalin Bidan Umi rahma. Sedangkan untuk analisis data menggunakan wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan juga memerlukan etika bisnis. Etika bisnis menjadi semakin penting ketika kegiatan pelayanan dilakukan dalam lima dimensi pelayanan, yaitu pada dimensi kehandalan, daya tanggap, kepastian, empati dan berwujud. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa penyedia tempat pelayanan kesehatan dalam hal ini Klinik dan Rumah Bersalin Umi Rahma percaya dengan menerapkan etika bisnis dalam lima dimensi pelayanan dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dan loyalitas konsumen pada Klinik dan Rumah Bersalin Umi Rahma.
Kata
kunci: Etika bisnis, pelayanan konsumen, Klinik dan Rumah Bersalin Umi Rahma.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Saat
ini pelayanan rumah sakit berkembang menjadi industri yang berbasis pada
prinsip-prinsip ekonomi, tetapi tidak boleh diabaikan bahwa industri jasa
kesehatan tetap bersifat praktis, dan berlandaskan pada etika dan moral.
Tempat pelayanan kesehatan dihadapkan pada tuntutan peningkatan pelayanan publik dan ancaman bisnis pada layanan kesehatan di Indonesia, hal ini menjadi suatu alasan bahwa tempat pelayanan kesehatan sebagai bagian dari institusi publik yang memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat harus mengedepankan etika, lebih professional dan terbuka menghadapi globalisasi.
Tumbuh suburnya tempat-tempat pelayanan kesehatan atau klinik serta rumah sakit diberbagai tempat merupakan salah satu bukti bahwa produsen telah merespon keinginan dan kebutuhan masyarakat. Salah satu dari sekian banyak tempat pelayanan kesehatan masyarakat adalah Klinik dan Rumah Bersalin Umi Rahma yang kegiatan utamanya melayani/membantu ibu bersalin dan juga melayani pengobatan masyarakat umum yang berlandaskan etika bisnis terhadap pasien atau konsumen agar dapat menikmati pelayanan akan pengobatan kesehatan yang telah disediakan dan diberikan karena berpengaruh terhadap diminta atau tidaknya produk jasa tersebut di kemudian hari.
Kenyataan
ini telah dialami bahwa semakin meningkat pasien dari Indonesia mencari
pelayanan di luar negeri dan bukan tidak mungkin kecenderungan investor asing
untuk beroperasional di Indonesia pun akan semakin meningkat, sehingga hal itu
harus disikapi secara positif, untuk meningkatkan mutu pelayanan yang beretika
di Indonesia.
Tempat pelayanan kesehatan perlu berbenah memperbaiki manajemen menjadi berorientasi pada customer care dan patient safety serta berupaya menstandarkan akreditasi di tingkat nasional maupun internasional. Tempat pelayanan kesehatan harus mampu memberikan investasi SDM dan memperbaiki kelemahan-kelemahan seperti komunikasi, kurangnya empati budaya pelayanan dan kurangnya customer focus.
Selain itu pentingnya peningkatan atas kualitas pelayanan, kompetensi para medis dan pendukungnya serta infrastruktur tempat pelayanan kesehatan itu sendiri. Tempat pelayanan kesehatan juga harus memiliki jiwa marketing yang handal dalam memajukan bisnis pelayanan kesehatan pada masing-masing tempat dimana praktisi medis bekerja.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut di atas, penulis berkeinginan untuk melakukan penulisan tentang Etika Bisnis Dalam Pelayanan Pasien Pada Klinik Umi Rahma Bekasi.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan etika bisnis dalam pelayanan pasien pada Klinik dan Runah Bersalin Umi Rahma?
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus dan tidak meluas, penulis membatasi penelitian pada analisis deskriptif terhadap etika bisnis yang diterapkan dalam pelayanan yang diberikan oleh Klinik dan Rumah Bersalin Umi Rahma selaku penyedia jasa. Penelitian ini berdasarkan pada lima dimensi pelayanan yaitu dimensi keandalan (reliability), keresponsifan (responsiveness), keyakinan (assurance), empati (emphaty) dan dimensi berwujud (tangibles).
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan etika bisnis dalam pelayanan pasien pada Klinik dan Rumah Bersalin Umi Rahma.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Etika Bisnis
Untuk dapat memahami pengertian etika bisnis, maka perlu dipahami mengenai etika. Arti etika dapat dibedakan dari etika sebagai praksis dan etika sebagai refleksi. Etika sebagai praksis berarti nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Dapat dikatakan juga etika sebagai praksis adalah apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral.
Sedangkan etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam etika refleksi seseorang berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etika sebagai refleksi menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang (Bertens,2009, h.33). Dengan demikan dapat dikatakan bahwa etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia (Bertens, 2009, h.35).
Secara
etimologis, kata ”etika” berasal dari bahasa Yunani, ”ethos”. Kata yang
berbentuk tunggal ini berarti “adat atau kebiasaan “. Bentuk jamaknya adalah
“ta etha” artinya adat kebiasaan (Bartens, 1993: 4; De Vos, 1987 : 39). Istilah
etika dibatasi pada asal-usul kata seperti yang disebutkan diatas, etika dapat
diartikan sebagai ilmu tentang apa yang bisa dilakukan manusia atau ilmu yang mempelajari
adat kebiasaan. Beberapa ahli memberikan batasan etika sebagai berikut:
a. Etika ialah teori tentang perbuatan manusia, yaitu ditimbang menurut baik dan buruknya (Langeveld, t.t : 206).
b. Etika
ialah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan atau moral (De Vos 1987 : 1)
c. Ethic
(From Greek, ethos, “character”) is the systematic study of the nature of value
concept, ‘good’, ’bad’, ’ought’, ’right’, ’wrong’, etcand of the general principles
which justify us in applying them to anything; also called ”moral philosophy”,
(from latin mores,’custom’). The present article is not problem apart from
their historical setting. (Encyclopedia Britanica, 1972:752)
d. Etika:
[1] kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; [2] nilai mengenai
benar-salah yang dianut satu golongan atau masyarakat. Etika : ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1995 : 271).
Berdasarkan beberapa definisi yang disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa “etika” adalah ilmu yang membicarakan masalah baik dan buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.” Jelaslah bahwa sebagai sebuah istilah, etika sekurang-kurangnya mengandung pengertian, yakni [1] sebagai ilmu, dan [2] pedoman bagi baik-buruknya perilaku.
Sebagai
ilmu, etika berati suatu disiplin pengetahuan yang mereflesikan masalah-masalah
moral atau kesusilaan secara kritis dan sitematis. Etika sebagai ilmu, menurut Sudarminta
(1933), biasanya dipahami sebagai cabang ilmu filsafat; filsafat moral. Sebagai
pedoman baik buruknya perilaku
2.2 Etika, Moral, dan Moralitas
Moral menyatakan ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran itu (Ya’qub, 1988 : 14). "Moralitas" (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan "moral", hanya ada nada lebih abstrak. Kita berbicara tentang "moralitas suatu perbuatan", artinya, segi moral suatu perbuatan atau tentang baik-buruk perbuatan itu. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk (Bertens, 1993: 7). Dengan kata lain, moralitas adalah kualitas perbuatan manusiawi sehingga perbuatan itu disebut benar atau salah, baik atau jahat (Sumaryono, 1995: 20). Etika meliputi semua tindak-tanduk pribadi dan sosial yang dapat diterima, mulai dari tata aturan "sopan santun sehari-hari" hingga pendirian yang menentukan jenis pekerjaan kita; siapa yang menjadi sahabat-sahabat; serta cara-cara kita berhubungan dengan keluarga dan orang lain. Sebaliknya, moralitas sifatnya lebih khusus, dan merupakan bagian dari hukum etika. Kegunaannya pun khusus. Orang yang tidak memenuhi janji lisan, kita anggap orang yang tidak dapat dipercaya atau "tidak etis". Jadi, bukan "tidak bermoral". Tetapi, menyiksa anak-anak atau meracuni menantu atau mertua, kita sebut sebagai tindakan yang tidak bermoral (jadi, ada penekanan pada unsure keseriusan pelanggaran). Moralitas terdiri atas hokum dasar suatu masyarakat yang paling hakiki dan sangat kuat (Solomon, 1987).
Moralitas dapat bersifat objektif atau subjektif. Moralitas objektif adalah moralitas yang diterapkan pada perbuatan sebagai perbuatan, terlepas dari modifikasi kehendak pelakunya, sedangkan moralitas subjektif adalah moralitas yang memandang perbuatan ditinjau dari kondisi pengetahuan dan pusat perhatian pelaku, latar belakang, stabilitas emosional, dan perilaku personal lainnya. Moralitas subjektif merupakan fakta pengalaman bahwa kesadaran manusia (suara hati nuraninya) menyetujui atau melarang apa yang diperbuat manusia.
Jelaslah bahwa moralitas merupakan sistem nilai mengenai bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran moral yang berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah, dan semacamnya yang diwariskan secara turun-temurun melalui agama atau kebudayaan tertentu tentang keharusan manusia untuk hidup secara baik agar ia benar-benar menjadi manusia yang baik. Moralitas adalah tradisi kepercayaan, dalam agama atau kebudayaan, tentang perilaku yang baik dan buruk (Magnis-Suseno, 1988: 14; Beauchamp dan Bowie eds., 1983: 1; Keraf, 1993: 20).
Etika, seperti yang dikatakan Magnis-Suseno (1988:14), bukanlah sumber tambahan bagi ajaran moral melainkan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Dengan kata lain, etika adalah ilmu, bukan ajaran. Jadi, etika dan ajaran-ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Ajaran morallah yang mengatakan bahwa kita harus hidup, bukan etika. Etika hendak memahami mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral.
2.3 Etika
Individual
Karena didasarkan pada konsep sosial dan keyakinan perorangan, etika dapat bervariasi dari satu orang ke orang lainnya, dari satu situasi ke situasi lainnya, serta dari satu budaya ke budaya lainnya. Cakupan standar sosial, cenderung cukup mendukung beberapa perbedaan keyakinan. Tanpa melanggar standar umum suatu budaya, individu dapat mengembangkan kode etik pribadi yang mencerminkan beragam sikap dan keyakinan. Dengan demikian, perilaku etis dan tidak etis sebagian ditentukan oleh individu dan sebagian ditentukan oleh budaya.
2.4 Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Adapun prinsip etika bisnis menurut Sutrisna (2011, h.70) adalah:
1. Prinsip
otonomi
2. Prinsip
Kejujuran
3. Prinsip
Keadilan
4. Prinsip
SalingMenguntungkan
5. Prinsip
Integritas Moral
Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan moral dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan,agar dalam menjalankan bisnisnya senantiasa menjaga nama baik dirinya dan perusahaannya.
2.5 Manfaat Etika Bisnis
Pelaku bisnis akan memperoleh kepercayaan dan citra yang baik di mata konsumen. Manfaat perusahaan dalam menerapkan etika bisnis nenurut Amran(2012, h.14) yaitu:
1. Perusahaan
mendapatkan kepercayaan dari konsumen.
2. Menciptakan
citra yang baik di mata konsumen.
3. Meningkatkan
motivasi pekerja.
4. Keuntungan
perusahaan dapat diperoleh.
2.6 Tahapan Etika Bisnis
Etika bisnis dapat dijalankan pada tiga taraf, yaitu (1) taraf makro, (2) taraf meso dan (3) taraf mikro (Bertens, 2009,h.35). Etika bisnis yang dijalankan pada suatu perusahaan memiliki tahapan. Pada penelitian ini termasuk tahapan etika bisnis pada taraf mikro yang fokus adalah individu dalam hubungan bisnis yaitu tanggung jawab antara penyedia tempat pelayanan kesehatan dan pasiennya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek
Penelitian
Objek penelitian dalam penulisan ilmiah ini adalah Klinik dan Rumah Bersalin Umi Rahma yang terletak di Jalan Makmur Raya RT 02 / RW 10 No.118, Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, yang bergerak dibidang jasa pelayanan kesehatan masyarakat.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ilmiah ini, maka penulis menggunakan beberapa cara, antara lain:
a. Riset Lapangan (Field Research)
1.
Observasi
Dengan melakukan
penelitian secara langsung pada Klinik dan Rumah Bersalin Umi Rahma dengan
maksud untuk mendapatkan data-data yang akurat.
2.
Wawancara
Pengumpulan data dengan
bertanya langsung kepada pemilik Klinik dan Rumah Bersalin Umi Rahma dan dengan
pihak-pihak tertentu yang berhubungan langsung dengan pengumpulan data dalam
penelitian ini.
b.
Riset
Perpustakaan (Library Research)
Dengan cara menggali teori-teori yang telah
berkembang dalam bidang ilmu yang berkepentingan, yang relevan dengan topik
penelitian. Dalam studi kepustakaan ini penulis mencari metode-metode serta
teknik penelitian, baik dalam mengumpulkan data atau dalam menganalisa data
yang akan dipakai sebagai titik tolak pembahasan pada penelitian ini.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Etika
Bisnis pada setiap Variabel Dimensi Pelayanan
4.1.1 Etika Bisnis pada Variabel Dimensi Kehandalan
Seorang petugas medis yang unggul selalu sadar untuk menyiapkan kualitas yang dapat diandalkan, agar dapat memenuhi kebutuhan dan harapan bisnis dan tempat pelayanan kesehatan tersebut. Menjadi pribadi yang dapat diandalkan berarti mampu melakukan pekerjaan, dan menjaga reputasi klinik dengan keandalannya dalam memuaskan harapan dan kebutuhan stakeholder.
Kehandalan dalam menjaga pekerjaan berarti mampu menjalani kepatuhan terhadap prinsip-prinsip moral dan etika kerja; mampu mengembangkan karakter diri yang taat moral dan etika; mampu menjaga kejujuran dan keikhlasan hati untuk berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan; serta mampu membebaskan diri dari kontrol dan pengaruh negatif orang lain.
Kehandalan petugas medis untuk memberikan integritas pribadi dalam meningkatkan tata kelola klinik dengan prinsip-prinsip terbaik, akan menjadikan petugas medis sebagai keunggulan sempurna dalam segala hal yang klinik lakukan, untuk upaya peningkatan kinerja terbaik.
Kehandalan
untuk memelihara dan merawat kerjasama antara petugas medis, yang bekerja dalam
tugas-tugas untuk saling melengkapi, memerlukan perilaku dan tindakan yang
saling mengharmoniskan hubungan, dan saling menghormati ide masing-masing.
Kerja
sama dalam wujud kolaborasi dan sinergi harus diperekat dengan empati, lalu diperkuat
dengan koordinasi yang terkomunikasi secara terbuka dan jujur diantara sesama
petugas medis.
Kehandalan
petugas medis untuk mendengar dengan penuh perhatian terhadap semua harapan
pemimpin dan manajemen. Termasuk, kemampuan untuk mengikuti petunjuk kerja
dengan berkualitas, akan menjadi pondasi atau dasar untuk sukses di pekerjaan
apapun.
Kehandalan
untuk terampil secara matematika akan mendorong petugas medis termotivasi
terhadap hal-hal yang sifatnya logika. Kemampuan untuk menggunakan konsep dan
filosofi matematika secara umum, serta menguasai logika matematika, akan
menjadi hal penting untuk kesuksesan dalam peningkatan kinerja.
Kehandalan
petugas medis dalam berkomunikasi secara tertulis, verbal, dan non verbal, melalui
tata bahasa yang persuasif dan praktis, akan membuat petugas medis cerdas
memahami instruksi, menulis laporan kerja, dan menjelaskan kepada orang lain
tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang telah dilakukan.
Kehandalan
petugas medis untuk melakukan pemecahan masalah, untuk mengikuti proses
pemecahan masalah sesuai nilai-nilai budaya kerja di klinik untuk terlibat
dengan kontribusi dalam upaya mencari solusi terbaik, serta memahami masalahnya
dan cara mengatasinya dengan cara yang kreatif dan produktif, akan menjadikan
petugas medis unggul bersama kinerja tempat pelayanan kesehatan tersebut.
Petugas medis harus memiliki keterampilan untuk mendapatkan bantuan dan dorongan dari petugas medis lain dan pimpinan, untuk mencapai tujuan yang diharapkan darinya. Oleh karena itu, petugas medis harus memiliki kehandalan untuk menentukan sasaran, dan menjalankannya dengan sepenuh hati dalam tanggung jawab untuk meraihnya.
Kehandalan
untuk memanfaatkan teknologi akan membuat petugas medis dapat meningkatkan
kecepatan dan ketepatan kerjanya. Termasuk, menjadi seorang pembelajar yang
sistematis pada setiap bidang aplikasi yang ada di dalam bisnis, organisasi,
dan budaya pelayanan kesehatan.
Petugas
medis unggul selalu mempersiapkan dirinya dengan pengetahuan praktis terbaik,
dan selalu menjadi pembelajar seumur hidup untuk tujuan meningkatkan kualitas
profesionalisme dirinya terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Dia juga
akan membiasakan dirinya untuk memahami cara terbaik dalam mempelajari
konsep-konsep dan gagasan baru, serta secara terus-menerus mencari peluang baru
untuk belajar keterampilan tambahan buat kemajuan karir dirinya.
Dari
analisis deskriptif di atas, maka dapat disimpulkan bahwa etika bisnis telah
diterapkan dalam pelayanan pada dimensi kehandalan di Klinik dan Rumah Bersalin
Umi Rahma.
4.1.2 Etika Bisnis pada Variabel Dimensi Tanggap
Nilai etika ini berkaitan dengan daya tanggap dari tempat pelayanan kesehatan dalam menanggapi apa yang menjadi keluhan, masalah, dan tuntutan pasien. Petugas medis cepat memahami apa yang menjadi tuntutan publik, dan berusaha untuk memenuhinya.
Petugas
medis tidak bisa menunda-nunda waktu, memperpanjang jalur pelayanan, atau mengutamakan prosedur tetapi mengabaikan substansi.
Dengandemikian tempat pelayanan kesehatan dapat dikatakan baik apabila mereka
dinilai memiliki responsif (daya tanggap) yang tinggi terhadap tuntutan,
masalah, serta keluhan pasien.
Dari
analisis deskriptif di atas, maka dapat disimpulkan bahwa etika bisnis telah
diterapkan dalam pelayanan pada dimensi daya tanggap di Klinik dan Rumah
Bersalin Umi Rahma.
4.1.3 Etika Bisnis pada Variabel Dimensi Kepastian
Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis dalam pelayanan kesehatan tersebut, seperti "proteksi" terhadap pasien. Kebutuhan tenaga pelayanan kesehatan yang bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi ini. Dengan adanya moral dan etika dalam pelayanan kesehatan serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu akan dapat diatasi, serta optimis salah satu kendala dalam menghadapi tahun 2020 dapat diatasi.
Dari
analisis deskriptif di atas, maka dapat disimpulkan bahwa etika bisnis telah
diterapkan dalam pelayanan pada dimensi kepastian di Klinik dan Rumah Bersalin
Umi Rahma.
4.1.4 Etika Bisnis pada Variabel Dimensi Empati
Keadilan mendapat pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani. Kesopanan dan keramahan petugas, yakni sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu kejangkauan pasien terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh tempat pelayanan kesehatan tersebut.
Dari
analisis deskriptif di atas, maka dapat disimpulkan bahwa etika bisnis telah
diterapkan dalam pelayanan pada dimensi empati di Klinik dan Rumah Bersalin Umi
Rahma.
4.1.5 Etika Bisnis pada Variabel Dimensi Berwujud
Kenyamanan Lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga pasien merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
Dari
analisis deskriptif di atas, maka dapat disimpulkan bahwa etika bisnis telah
diterapkan dalam pelayanan pada dimensi berwujud di Klinik dan Rumah Bersalin
Umi Rahma.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kajian ini menggugah kesadaran kita bahwa
keberhasilan suatu tempat pelayanan kesehatan tidak hanya ditentukan oleh
keberhasilan material berupa keuntungan dan pertumbuhan perusahaan. Kenyataan
membuktikan bahwa lingkup kegiatan bisnis dan manajemen tidak hanya menyangkut
lingkup ekonomi dan manajemen secara murni, melainkan menyentuh juga aspek-aspek
manusiawi dan etika. Oleh karena itu dalam setiap keputusan dan tindakan
bisnis, aspek-aspek manusiawi dan etika tersebut ikut berperan di dalamnya.
Berdasarkan atas penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa etika bisnis diterapkan dalam pelayanan pada kelima dimensi yaitu kehandalan, daya tanggap, kepastian, empati, dan berwujud pada Klinik dan Rumah Bersalin Umi Rahma.
Sejalan dengan peran etika yang semakin penting dalam bisnis modern, maka para praktisi medis harus melihat bahwa mereka memiliki peran yang sangat strategis dalam menyelaraskan wajah dunia kesehatan kita di masa depan. Semakin aspek-aspek manusiawi dan etis diperhatikan dalam kegiatan pelayanan kesehatan, maka masyarakat dan budaya kita juga akan menjadi semakin etis dan bermoral seperti yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Chairiawaty,
2012. “BRANDING IDENTITY Sebuah Tinjauan
Mengenai Etika Bisnis Islam”. Dalam file:///C:/Users/user/Downloads/25-39-1-SM.pdf
Djajendra. 2012. “Keandalan Karyawan Terhadap Keterampilan Di Tempat Kerja”. Dalam http://kecerdasanmotivasi.wordpress.com/2012/02/11/keandalan-karyawan-terhadap-keterampilan-di-tempat-kerja/
Fajarwati,
Bunga Eka. Tanpa tahun. “Etika Birokrasi dalam Pelayanan Publik”.
Dalamhttp://www.academia.edu/5056484/Etika_birokrasi_dalam_pelayanan_publik
Kemenkes
RI. “Rumah Sakit Bersaing dengan Etika
dan Moral”. Dalam http://www.buk.kemkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=183:rumah-sakit-bersaing-dengan-etika-dan-moral
Reagan, Bob Sefias.
2014. “ETIKA BISNIS DALAM MOBILE
MARKETING ( Studi Deskriptif Kualitatif pada Jualan Branded Group danApriliza
Shop). Jurnal. Malang. Universitas Brawijaya. Dalamhttp://www.academia.edu/6371222/ETIKA_BISNIS_DALAM_MOBILE_MARKETING_Studi_Deskriptif_Kualitatif_pada_Jualan_Branded_Group_dan_Apriliza_Shop_JURNAL_JURUSAN_ILMU_KOMUNIKASI_FAKULTAS_ILMU_SOSIAL_DAN_ILMU_POLITIK_UNIVERSITAS_BRAWIJAYA_MALANG_2014
Wilardjo,
Setia Budhi. 2011. “Menjalankan Bisnis
Secara Etis Dan Bertanggung Jawab”. Dalamfile:///C:/Users/user/Downloads/694-1513-1-SM%20(1).pdf